Ekspor Batik RI Capai Rp 123 M, Tembus Pasar Afrika Selatan-China

Ekonomi14 Dilihat

JAKARTA || Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi kinerja ekspor batik nasional yang melesat tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 3 bulan pertama tahun 2025 ekspor batik Indonesia tembus US$ 7,63 juta atau Rp 123,60 miliar (kurs Rp 16.200).

Menurut Agus jumlah tersebut naik sebesar 76,2% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024. Lalu berdasarkan Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kemenperin, industri ini berhasil menyerap hingga 200.000 tenaga kerja.

Kemudian berdasarkan Direktori Sentra BPS tahun 2020, pelaku industri batik di Indonesia berjumlah sekitar 5.946 industri dan 200 sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang tersebar di 11 provinsi.

“Ekspor produk batik pada 3 bulan pertama tahun 2025 itu mencapai US$ 7,63 juta, dan yang penting adalah ekspornya mengalami peningkatan sebesar 76,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu pada tahun 2024, jadi ada kenaikan 76 %, kita berikan selamat,” katanya dalam Kick Off GBN dan HBN 2025 X Industrial Festival di Kantor Kemenperin, Jakarta, Rabu (25/6/2025).

Agus menyebut capaian ini diraih saat kondisi ekonomi global sedang menurun dan tidak baik-baik saja. Pasar global disebut sedang lesu dengan daya beli yang juga tidak baik-baik saja.

“Pasar global tentu sedang lesu dengan berbagai pertimbangan dan alasan, daya beli dari global market juga sedang tidak baik-baik saja, tetapi kita bisa melihat bahwa berdasarkan data BPS, ini cukup menggembirakan,” beber Agus.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Reni Yanita menyebut produk batik Indonesia berhasil tembus ke pasar Afrika Selatan hingga Amerika Serikat (AS). Afrika Selatan menjadi pasar terbesar untuk batik Indonesia.

“Kebanyakan dari data ada negara-negara seperti Afrika Selatan, kemudian kita juga ke China, ke Amerika juga ada. Itu berkat upaya kalau ada event internasional kan pakai batik, itu semakin disukai,” sebut Reni.

Reni menjelaskan, batik yang diekspor akan disesuaikan dengan karakter dan selera di negara tujuan. Namun secara umum, produk yang cukup dilirik pasar luar negeri adalah produk batik dengan warna-warna teduh atau warna alam.

Pada kesempatan itu, Agus menyebuyt Kemenperin dan Yayasan Batik Indonesia akan menyelenggarakan peringatan Gerakan Batik Nasional (GBN) dan Hari Batik Nasional (HBN) pada 30 Juli-3 Agustus 2025 di Pasaraya Blok M, Jakarta, dengan mengusung tema “Bangga Berbatik”.

Menurut Upaya ini sebagai langkah strategis dalam memacu pengembangan industri batik di dalam negeri agar semakin digemari oleh konsumen domestik maupun menembus pasar ekspor.

Kemenperin dan YBI menetapkan Batik Tulis Merawit Cirebon terpilih sebagai ikon GBN dan HBN 2025. Batik Tulis Merawit Cirebon merupakan salah satu batik Nusantara khas Cirebon yang memiliki ciri khas pola halus dengan ornamen yang detail, berupa garis-garis tipis dengan latar warna terang yang mencerminkan kekayaan seni dan budaya dari Cirebon.

Teknik merawit adalah teknik menggoreskan canting tembokan dengan malam panas yang menghasilkan warna goresan garis kecil, tipis tanpa putus dengan latar kain berwarna muda/terang, sementara garis (outline) berwarna tua/gelap.***DTK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *