Militer Israel Usulkan Rencana Evakuasi Warga Sipil dari Gaza

Ragam442 Dilihat
GAZA || Militer Israel mengusulkan rencana untuk mengevakuasi warga sipil dari Jalur Gaza. Demikian diumumkan kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu pada hari Senin (26/2), setelah dia mengatakan invasi darat ke kota Rafah di Gaza bagian selatan diperlukan untuk “kemenangan total”.
Pemerintah asing dan organisasi bantuan telah berulang kali menyatakan kekhawatirannya bahwa operasi semacam itu akan menimbulkan banyak korban sipil.

Lebih dari 1,4 juta warga Palestina – sebagian besar dari mereka adalah pengungsi dari tempat-tempat lain di Gaza – saat ini berkumpul di Rafah, kota terakhir Gaza yang tidak tersentuh oleh pasukan darat Israel.

Militer Israel “menyampaikan kepada Kabinet Perang, sebuah rencana untuk mengevakuasi penduduk dari daerah pertempuran di Jalur Gaza, dan rencana operasional yang akan datang”, demikian menurut pernyataan dalam bahasa Ibrani dari kantor Netayahu, seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (26/2/2024).

Pernyataan itu tidak memberikan rincian mengenai bagaimana atau ke mana warga sipil akan dipindahkan.

Pengumuman tersebut muncul setelah para “ahli” Mesir, Qatar dan Amerika Serikat bertemu di Doha, Qatar untuk melakukan pembicaraan yang juga dihadiri oleh perwakilan Israel dan Hamas. Ini merupakan upaya terbaru untuk mencapai gencatan senjata sebelum bulan suci Ramadan.

Sekutu Israel, Amerika Serikat, mengatakan upaya mediasi yang sedang berlangsung menghasilkan “kesepahaman” menuju gencatan senjata dan pembebasan sandera. Sementara sumber Hamas mengatakan kelompok tersebut bersikeras pada penarikan pasukan Israel.

Namun, Netanyahu – yang menolak permintaan penarikan pasukan tersebut dan menyebutnya sebagai “khayalan” – mengatakan invasi darat ke Rafah akan menempatkan Israel makin dekat dengan “kemenangan total” atas Hamas.

“Jika kita mencapai kesepakatan (gencatan senjata), hal itu akan tertunda, namun akan terjadi,” katanya tentang invasi darat dalam sebuah wawancara dengan CBS, Minggu (25/2) waktu setempat.

“Hal ini harus dilakukan karena kemenangan total adalah tujuan kami dan kemenangan total masih dalam jangkauan – tidak perlu berbulan-bulan, berminggu-minggu lagi, setelah kami memulai operasi,” ujar Netanyahu.

Di tengah meningkatnya krisis kemanusiaan, badan bantuan utama PBB untuk Palestina mendesak tindakan politik untuk mencegah kelaparan di Gaza.

Kekurangan pangan yang parah di Gaza utara adalah “bencana buatan manusia” yang dapat diatasi, kata Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA.

“Kelaparan masih dapat dihindari melalui kemauan politik yang tulus untuk memberikan akses dan perlindungan terhadap bantuan yang berarti,” ujarnya.***DTK