Menkes Beberkan Nasib RI Jika Masuk Fase Endemi COVID-19

Ragam1274 Dilihat

JAKARTA || Status pandemi COVID-19 di Indonesia belum berakhir. Walaupun kondisi COVID sudah relatif terkendali, hingga saat ini masa transisi pandemi menjadi endemi terus berjalan.

Berbicara nasib Indonesia ketika masuk fase endemi, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan perbedaan yang dapat terjadi pada kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya pada penanganan COVID-19.

“Di endemi tanggung jawab kesehatan ada di tangan individu dan di pandemi tanggung jawab ada di tangan pemerintah,” ucap Menkes Budi dalam acara penyerahan bantuan hibah obat COVID-19 Paxlovid dari Pemerintah Amerika Serikat dan Australia di Kantor Kemenkes RI, Kamis (13/4/2023).

“Jadi itu tanggung jawab pemerintah untuk memastikan bahwa kami akan mentransfer tanggung jawab itu untuk memanage kesehatan masyarakat,” sambungnya.

Ketika Indonesia masuk fase endemi COVID-19, infeksi COVID akan dianggap sebagai penyakit biasa seperti yang lainnya.

“Di masa endemi penyakit akan ditatalaksana seperti penyakit lainnya dan setiap individu akan menjaga kesehatan masing-masing karena mereka tahu mereka bisa mengatasi penyakit ini dengan baik,” jelasnya.

Menkes Budi menjelaskan bahwa pemerintah akan menjalankan beberapa langkah strategis. Khususnya dalam bidang edukasi, vaksinasi, kemampuan diagnosis, penyediaan obat untuk COVID-19, dan kesiapan rumah sakit.

“Kita tetap melanjutkan edukasi tentang penyakit ini bagaimana cara menghindarinya, apa saja protokol kesehatannya, dan apa saja yang boleh dan tak boleh dilakukan,” jelasnya.

“Seperti kita tahu beberapa orang sangat taat (protokol) dan beberapa lainnya tidak terlalu,” sambungnya.

Dalam persoalan vaksinasi, Menkes mengatakan bahwa Indonesia sudah memiliki teknologi vaksin untuk memproduksi vaksin di dalam negeri. Selain itu, Menkes Budi juga ingin memastikan bahwa kemampuan diagnosis di Indonesia berjalan dengan baik.

“Kami memastikan kemampuan diagnosis bisa dilakukan di Indonesia. Ketika krisis COVID-19, kami hanya punya 8 pusat genome sequence. Sekarang kami sudah punya 50 di seluruh indonesia,” jelasnya.

“Jadi kemampuan surveilans kami meningkat dan kami percaya diri ketika transisi ke endemi, kami sudah punya posisi strategis menyiapkan Indonesia dalam hal pemantauan,” sambungnya.

Lebih lanjut, Menkes Budi mengatakan pihak Kemenkes akan memastikan ketersediaan obat COVID-19 dan rumah sakit. Jika ada pasien sakit, ia berharap masyarakat tidak kesulitan untuk mendapatkan akses obat.

“Jadi ketika orang sakit, mereka tidak perlu panik. Mereka bisa ke toko obat terdekat dan mengakses obat tersebut. Masyarakat akan segera bisa membelinya dengan mudah melalui semua toko obat di seluruh Indonesia,” jelasnya.

“Dan yang terakhir, kita juga mempersiapkan rumah sakit dengan baik,” pungkasnya.***DTK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *