WASHINGTON DC, informasiterpercaya.com || Para hacker yang terkait dengan China dilaporkan berhasil mengakses akun email milik Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk China Nicholas Burns. Peretasan ini disebut sebagai bagian dari operasi spionase yang diperkirakan melibatkan peretasan ratusan ribu email milik individu-individu yang bekerja untuk pemerintah AS.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (21/7/2023), laporan ini disampaikan oleh media terkemuka Wall Street Journal (WSJ), pada Kamis (20/7) waktu setempat, yang mengutip sejumlah sumber yang memahami operasi spionase Beijing itu.
Asisten Menteri Luar Negeri untuk Asia Timur Daniel Kritenbrink juga diretas dalam operasi spionase lebih luas yang diungkapkan oleh Microsoft pada awal bulan ini. Para pejabat tinggi AS diketahui menggunakan layanan email cloud Microsoft.
Saat ditanya lebih lanjut soal pembobolan dua akun email dua diplomatnya itu, Departemen Luar Negeri AS menolak untuk memberikan penjelasan lebih detail dan menegaskan bahwa penyelidikan atas operasi spionase itu masih berlangsung.
Burns dan Kritenbrink bergabung dengan Menteri Perdagangan Gina Raimondo sebagai satu-satunya korban operasi spionase asing yang namanya diungkap ke publik, yang memicu perintah dari diplomat top AS kepada rekannya di China.
Kementerian Luar Negeri China sebelumnya menyebut tuduhan semacam itu sebagai ‘disinformasi’. Sementara Kedutaan Besar China di Washington membantah mentah-mentah laporan WSJ itu.
“China menentang dengan tegas dan memerangi serangan dunia maya dan pencurian siber dalam segala bentuk. Posisi ini konsisten dan jelas,” tegas juru bicar Kedutaan Besar China di Washington, Liu Pengyu, dalam tanggapan via email kepada Reuters.
“Mengidentifikasi sumber serangan dunia maya menjadi masalah teknis yang rumit. Kami berharap pihak-pihak terkait untuk mengambil sikap profesional dan bertanggung jawab…daripada membuat spekulasi dan tuduhan tanpa dasar,” sebutnya.
Pekan lalu, Microsoft mengungkapkan bahwa para hacker China menyalahgunakan salah satu kunci digitalnya dan memanfaatkan cacat dalam kode itu untuk mencuri beberapa email dari lembaga pemerintah AS dan klien-klien lainnya.
Belum ada tanggapan dari Microsoft atas laporan terbaru WSJ.
Praktik pembobolan semacam itu telah menjadikan sistem keamanan Microsoft sebagai sorotan, dengan para pejabat dan anggota parlemen AS menyerukan agar perusahaan yang berbasis di Redmond, Washington itu, melakukan audit digital level atas untuk semua pelanggannya secara gratis.
Dalam pernyataan pada Kamis (20/7) malam, Microsoft menyatakan pihaknya menerima kritikan-kritikan yang muncul.***DTK