JAKARTA, informasiterpercaya.com || PARTAI politik harus mampu menangkap kegelisahan anak muda dalam kontestasi Pemilu 2024. Sebab, pemilih muda berusia 17-39 tahun diperkirakan bakal mencapai 60% dari total pemilih.
Peneliti senior Pusat Riset Politik (PRP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor mengatakan pekerjaan rumah partai adalah memberikan jaminan agar pemilih muda tidak merasa terisolasi dengan tantangan yang dihadapi.
“Sementara, kan, tuntutan demikian banyak, dan keinginan mereka untuk menjadi somebody juga tinggi. Nah, ini yang harus difasilitasi partai,” kata Fiman saat dihubungi Media Indonesia, Jumat (26/5).
Menurutnya, salah satu agenda yang dapat dikampanyekan partai politik untuk menggaet suara pemilih muda adalah persoalan lapangan kerja, terutama bagi mereka yang baru menyelesaikan pendidikan. Agenda tersebut, sambungnya, tidak dapat digabungkan begitu saja dengan kebijakan yang ditawarkan kepada pemilih demografi lain.
Firman berpendapat, pemilih muda merupakan kelompok yang kritis dan skeptis terhadap dunia politik. Oleh karenanya, agenda yang dibawa partai politik juga tidak boleh berhenti pada omongan belaka.
Para politisi yang berkontestasi, lanjutnya, juga harus dapat memberi contoh atas apa yang dikampanyekan. “Mereka adalah generasi yang kalkulatif, sehingga mereka berhitung sekali (dalam menentukan pilihan),” tandas Firman.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai NasDem Bidang Pemenangan Pemilu Jakfar Sidik menyebut pihaknya menaruh perhatian lebih terhadap isu-isu yang menjadi fokus generasi milenial dan generasi Z. Misalnya, soal lingkungan hidup.
“Mereka tentu sangat fokus pada inovasi, terutama teknologi-teknologi baru yang ramah lingkungan. NasDem fokus menggarap melalui isu-isu yang jadi fokus anak muda,” jelasnya.***MIOL