JAKARTA || Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan mirisnya pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. Selama ratusan tahun dijajah oleh Belanda, Indonesia sampai saat ini masih banyak melakukan ekspor bahan mentah.
Bahkan, beberapa bahan mentah yang diekspor saat ini memiliki nilai yang sangat besar apabila dilakukan hilirisasi. Jokowi pun tidak ingin hal ini terus menerus terjadi.
“Jangan sampai berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun sejak dijajah VOC, yang diekspor itu bahan mentah, jadi nilai tambah kita nggak punya,” tegas Jokowi dalam pidatonya di acara Muktamar Pemuda Muhamadiyah, Rabu (22/2/2023).
Saat ini Indonesia sendiri akan berfokus untuk membentuk ekosistem kendaraan listrik. Pasalnya, bahan-bahan mentah untuk membentuk ekosistem kendaraan listrik semuanya ada di Indonesia.
“Oleh sebab itu, kita harus memiliki produk barang yang negara lain tergantung pada kita. Dan bahan-bahan mentah ada di Indonesia semuanya. Yang sering saya sampaikan adalah EV battery, baterai mobil listrik. Nantinya ekosistem ini akan jadi besar dan menjadi produsen mobil listrik,” papar Jokowi.
Dia memaparkan saat ini Indonesia memiliki banyak pasokan nikel, tembaga, timah, hingga bauksit yang bisa digunakan untuk membuat kendaraan listrik. Yang dibutuhkan saat ini adalah mengintegrasikan bahan-bahan mentah ini untuk menjadi sebuah ekosistem yang padu.
“Bagaimana nikel yang di Sulawesi, tembaga yang ada di Sumbawa dan Papua, timah di Babel, bauksit di Kalimantan Barat dan Kepulauan Riau, semua bisa diintegrasikan jadi EV battery, dan ekosistem lebih besar menjadi mobil listrik yang ke depan semua negara membutuhkan,” ungkap Jokowi.
Menurutnya, komoditas-komoditas tadi secara bertahap akan dilarang untuk diekspor mentah-mentah. Pelaku usaha mesti melakukan hilirisasi terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai tambah yang berlipat-lipat.
Jokowi mencontohkan keberhasilan penyetopan ekspor nikel yang diiringi dengan kenaikan nilai tambah pada komoditas nikel. Menurutnya, dari awalnya ekspor nikel mentah cuma menghasilkan Rp 17 triliun, kini bisa mencapai Rp 450 triliun setelah larangan ekspor diberlakukan dan hilirisasi dimulai.
“Saya contohkan nikel, yang kita setop di 2020, sebelumnya kita ekspor nikel itu setahun cuma Rp 17 triliun. Begitu kita buat komponen-komponen untuk katoda, precursor, hingga besi baja, di 2022 ekspor kita sudah Rp 450 triliun,” pungkas Jokowi.***DTK