Sengit, Trump dan Presiden Afsel Saat Pertemuan di Gedung Putih

Ragam30 Dilihat

GEDUNG SENGIT || Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara mengejutkan menyerang Presiden Afrika Selatan (Afsel) Cyril Ramaphosa dengan memutar video, yang menurutnya membuktikan genosida tengah dilakukan terhadap para petani kulit putih, yang memicu mereka kabur ke AS. Adegan dramatis ini terjadi saat pertemuan kedua pemimpin tersebut di Gedung Putih pada Rabu (21/5) waktu setempat.

Aksi Trump tersebut mengubah suasana diplomatik yang biasanya tenang di Ruang Oval, Gedung Putih, menjadi tegang. Di depan para wartawan yang hadir, Trump meminta staf untuk menayangkan video berdurasi empat menit di layar lebar. Trump menyebut video itu memperlihatkan para politisi kulit hitam Afrika Selatan yang menyerukan persekusi terhadap orang-orang kulit putih.

“Anda mengizinkan mereka mengambil tanah, dan kemudian ketika mereka mengambil tanah itu, mereka membunuh para petani kulit putih, dan ketika mereka membunuh petani kulit putih itu, tidak ada yang terjadi pada mereka,” kata Trump, dilansir kantor berita AFP, Kamis (22/5/2025).

Trump juga menunjukkan kliping berita yang menurutnya mendukung klaimnya tersebut, meskipun salah satunya sebenarnya menampilkan foto dari Republik Demokratik Kongo.

“Kematian, kematian, kematian. Kematian yang mengerikan,” cetus Trump.

Pemerintahan Trump awal bulan ini memberikan status pengungsi kepada lebih dari 50 warga Afrika berkulit putih, meskipun mereka telah berhenti menerima pencari suaka dari seluruh dunia.

Namun, Ramaphosa membantah klaim Trump. Setelah awalnya tampak terkejut dengan tindakan Trump tersebut, ia tetap tenang, menghindari pertengkaran seperti yang terjadi antara Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada bulan Februari lalu.

Ramaphosa membantah bahwa negaranya menyita tanah dari petani kulit putih berdasarkan undang-undang perampasan tanah yang ditandatangani pada bulan Januari, yang bertujuan untuk memperbaiki ketidaksetaraan historis akibat pemerintahan apartheid.

“Tidak, tidak, tidak, tidak,” jawab Ramaphosa. “Tidak seorang pun dapat mengambil tanah,” ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa sebagian besar korban tingkat kejahatan di Afrika Selatan adalah orang kulit hitam, dan mengatakan bahwa politisi dalam video tersebut berasal dari pihak oposisi.

Kunjungan pemimpin Afrika Selatan itu disebut-sebut sebagai kesempatan untuk memperbaiki hubungan setelah klaim genosida yang tidak berdasar oleh Trump dan sekutunya, miliarder Elon Musk yang kelahiran Afsel.

Musk, yang juga berada di Ruang Oval, telah menjadi pendorong utama klaim “genosida kulit putih”.

“Kami pada dasarnya di sini untuk mengatur ulang hubungan antara Amerika Serikat dan Afrika Selatan,” tandas Ramaphosa.***DTK