China Tuding AS Bikin Heboh soal Ekspor Harta Karun Tambang Diperketat

Ekonomi25 Dilihat

JAKARTA || China menuding Amerika Serikat (AS) menimbulkan kepanikan atas kebijakan pengendalian ekspor logam tanah jarang (rare earth) atau harta karun tambang yang kini diburu dunia. Kendati begitu, China tetap terbuka untuk pembahasan dagang dengan AS.

Juru Bicara Kementerian Perdagangan China He Yongqian menilai penafsiran AS terlalu berlebihan sehingga memicu kesalahpahaman.

“Interpretasi Amerika Serikat sangat mendistorsi dan melebih-lebihkan langkah-langkah China, secara sengaja menimbulkan kesalahpahaman dan kekhawatiran yang tidak perlu,” ujarnya dikutip dari CNBC International, Kamis (17/10/2025).

Pernyataan ini datang usai China mengumumkan kebijakan pembatasan ekspor logam tanah jarang menjelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Xi Jinping di Korea Selatan. Trump telah mengancam akan memberlakukan tarif hingga 100% terhadap produk China mulai 1 November atau bahkan lebih cepat sebagai balasan dari kebijakan tersebut.

Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, menuding China berupaya menguasai rantai pasok teknologi global. Geer menilai langkah China menentukan apakah tarif tersebut benar-benar diberlakukan.

Padahal Trump, lanjut Greer, masih ingin bekerja sama dengan China dan tetap dijadwalkan bertemu Xi di Korea Selatan akhir bulan ini.

Menanggapi hal ini, He Yongqian menegaskan China terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan AS.

China Salahkan AS

Kementerian Perdagangan China menerangkan pembatasan ekspor ini bertujuan melindungi keamanan nasional dan mencegah penyalahgunaan logam tanah jarang dalam aplikasi militer, termasuk senjata pemusnah massal.

He juga menyoroti berbagai tindakan yang dilakukan AS terhadap China, seperti larangan ekspor semikonduktor dan aturan konten asing yang bertujuan menyingkirkan China dari rantai pasok Amerika Utara.

“Tudingan AS menunjukkan bahwa mereka sedang memproyeksikan perilaku mereka sendiri kepada pihak lain,” kata He.

Logam tanah jarang digunakan untuk memproduksi magnet yang menjadi komponen penting dalam berbagai sistem senjata AS, seperti jet tempur F-35, rudal jelajah Tomahawk, dan drone Predator. Magnet tersebut juga dipakai di sektor sipil, seperti robotika, kendaraan, serta industri semikonduktor.

Diketahui China saat ini mendominasi rantai pasok global logam tanah jarang. Sementara AS masih bergantung pada impor dari China. Pemerintahan Trump kini tengah berupaya membangun rantai pasok domestik yang bebas dari ketergantungan impor, termasuk dari China

Departemen Pertahanan AS pada bulan Juli lalu menandatangani perjanjian dengan perusahaan tambang logam tanah jarang terbesar di AS, MP Materials. Kesepakatan itu mencakup penyertaan modal, penetapan harga dasar, dan perjanjian pembelian hasil produksi.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan pemerintah bisa saja mengambil upaya serupa di perusahaan lain sebagai respons terhadap kebijakan ekspor China.

“Saya tidak akan terkejut. Ketika ada pengumuman seperti pekan ini tentang logam tanah jarang dari China, kita sadar bahwa kita harus mandiri atau setidaknya cukup bergantung pada sekutu,” tutur Bessent.

Ia menuduh China menggunakan dominasinya di sektor pemurnian dan pengolahan logam tanah jarang untuk menurunkan harga dan menyingkirkan pesaing asing dari pasar. Ia menegaskan pemerintahan Trump akan memberlakukan harga dasar di berbagai industri untuk melawan manipulasi pasar oleh China.

“Ketika dihadapkan dengan ekonomi non-pasar seperti China, kita harus menjalankan kebijakan industri,” imbuhnya.***DTK