Ukraina Semakin Terdesak di Bakhmut

Ragam1119 Dilihat

MOSKOW || Rusia menggencarkan serangan untuk merebut Bakhmut di Provinsi Donesk, Ukraina. Gelombang serangan terutama bereskalasi pada Kamis (2/3). Ganasnya pertempuran dikabarkan menewaskan banyak korban jiwa di kedua pihak.

“Dalam 24 jam terakhir, pasukan kami berhasil menghalau lebih dari 170 serangan. Belum pernah ada serangan sebanyak itu dalam 24 jam di lima sektor medan perang,” kata analis militer Ukraina, Oleg Zhdanov.

Zdhanov mengklaim, militer Rusia berusaha mengepung Bakhmut dari utara, timur dan selatan. Sebuah jalan yang melintasi Bakhmut dari barat saat ini menjadi satu-satunya akses keluar masuk bagi Ukraina.

“Kawasan ini adalah satu-satunya sektor di medan Bakhmut, di mana pasukan kita yang malah mengambil inisiatif serangan, bukan Rusia,” imbuhnya.

Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya menegaskan, pendudukan terhadap Bakhmut akan memungkinkan Rusia menduduki seluruh wilayah industri Donbas. Ukraina sebaliknya meyakini, kota tersebut tidak bernilai strategis, kecuali sebagai jebakan berdarah bagi militer Rusia.

Militer Rusia banyak bergantung pada tentara bayaran Grup Wagner dalam mengepung Bakhmut. Tembakan artileri juga dilancarkan terhadap kota-kota di sekitar, termasuk Chasiv Yar, kota terbesar di barat Bakhmut.

Militer Ukraina dikabarkan giat menggali palit pertahanan di pinggir jalan sebagai persiapan terhadap serangan Rusia. Upaya itu dinilai sebagai isyarat kuat Ukraina untuk mempertahankan Bakhmut.

“Pasukan Grup Wagner saat ini sudah mengepung Bakhmut. Yang tersisa cuma satu ruas jalan saja,” kata dia sembari mengimbau Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, untuk menyerahkan kota tersebut.

Kepelikan di Ukraina direspons oleh Amerika Serikat dengan menggelontorkan USD 400 juta bantuan militer. Pasokan senjata bagi Ukraina dikabarkan juga menjadi agenda pembahasan antara Presiden Joe Biden dan Kanselir Jerman, Olaf Scholz, di Gedung Putih, Jumat (3/3).

Bantuan terbaru AS diperkirakan akan menitikberatkan pada amunisi, termasuk peluru kendali HIMARS dan amunisi untuk kendaraan tempur infanteri, Bradley.

Sejak invasi Rusia 24 Februari 2022 lalu, Washington sudah mengirimkan senjata senilai hampir USD 32 miliar kepada Ukraina.

Dalam pertemuan di Gedung Putih, Biden dan Scholz juga akan membahas kemungkinan Cina menjual senjata ke Rusia untuk digunakan di Ukraina, kata pejabat Kemenlu di Washington

AS menggiatkan diplomasi dan lobi politik kepada negara sekutu untuk menyiapkan sanksi terhadap Cina, jika Beijing nekat mendukung invasi Rusia dengan senjata. Tuduhan itu selama ini dibantah Beijing.***DTK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *