JAKARTA || Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengaku tak masalah disebut sebagai buzzer oleh Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) buntut pernyataannya yang meminta masyarakat tidak memilih pemimpin menggunakan agama untuk kepentingan politik. Yaqut menyebut setiap orang berhak memberikan tanggapan.
“Nggak apa-apa boleh bilang saya buzzer boleh, bilang ya terserah lah orang mau nyebut apa. Kan orang berhak. Orang itu berhak memberikan apresiasi, menilai, atas diri kita, kita ini kan buku kosong yang bisa dicoret-coret apa saja. Terserah aja orang beranggapan aja. Tapi, secara prinsip saya tidak akan bergeser dari keyakinan saya,” kata Yaqut di Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Jumat (5/10/2023).
Yaqut mengaku tak akan mencabut pernyataan meminta masyarakat tidak memilih pemimpin yang menggunakan agama untuk kepentingan politik seperti di Pilgub DKI 2017. Dia juga mengaku belum menerima surat panggilan pendisiplinan dari PKB.
“Nggak, nggak ada tuh. Sampai sekarang nggak ada panggilan,” ujarnya.
Yaqut mengaku masih berkomunikasi dengan pengurus PKB lainnya. Dia mengatakan belum ada rencana pertemuan dengan Cak Imin karena belum ada surat panggilan dari PKB.
“Loh kalau nggak dipanggil, nggak ada,” kata Yaqut.
“Teman-teman saya di PKB banyak dan saya komunikasi dengan teman-teman. Karena saya masih pengurus di PKB meskipun tidak aktif, karena nggak nggak pernah diundang rapat. Saya masih komunikasi dengan teman-teman, WhatsApp dan telepon masih,” lanjutnya.
Sebelumnya, Yaqut mengingatkan agar agar tak memilih pemimpin yang menggunakan agama untuk kepentingan politik dalam sambutannya saat menghadiri acara doa bersama Wahana Nagara Rahaja di Hotel Alila, Solo. Acara itu diikuti umat Buddha seperti dilansir detikJateng, Jumat (29/9).
Awalnya, Yaqut mengatakan Indonesia pada 2024 memasuki tahun politik. Menurutnya, umat beragama seharusnya menyadari bahwa pemilu hanyalah mekanisme untuk menemukan siapa yang akan memimpin Indonesia.
“Tidak boleh umat beragama kita semua ini menjadi bagian dari yang salah dalam mekanisme itu, dianggap bahwa pemilu ini urusan hidup mati, saling memusuhi, saling menghinakan satu dengan yang lain tidak boleh,” kata Yaqut.
Yaqut mengingatkan memilih pemimpin negara tidak boleh asal-asalan. Untuk itu, dirinya mengajak masyarakat memilih pemimpin yang tidak hanya pandai dalam berbicara dan mempunyai mulut yang manis.
“Oleh karena itu bapak ibu sekalian, saya berharap nanti bapak ibu sekalian dalam memilih pemimpin negeri ini untuk 2024-2029 benar-benar dilihat rekam jejaknya. Jangan karena bicaranya enak, mulutnya manis, mukanya ganteng itu dipilih, jangan asal begitu, harus dilihat dulu track record-nya,” jelasnya.
Yaqut mengingatkan agar tidak memilih pemimpin yang menggunakan agama sebagai kepentingan politik. Yaqut lalu mengungkit Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 serta Pemilu 2014 dan 2019 yang menggunakan agama untuk kepentingan politik.
“Kita masih ingat, kita punya sejarah yang tidak baik atas politik penggunaan agama dalam politik, kita punya sejarah tidak baik beberapa waktu yang lalu ketika pemilihan gubernur DKI Jakarta kemudian dua pilpres terakhir, agama masih terlihat digunakan sebagai alat untuk mencapai kepentingan kekuasaan,” kata Yaqut.
Waketum PKB Jazilul kemudian mengatakan Yaqut akan didisiplinkan. Dia meminta Yaqut berhati-hati saat bicara.
“Sebagai kader PKB, kami tentu sudah menyiapkan langkah-langkah pendisiplinan,” kata Jazilul.
Cak Imin juga menanggapi pernyataan Yaqut itu. Bakal cawapres yang mendampingi Anies Baswedan ini berkelakar pernyataan itu seperti buzzer.
“Ah itu omongan buzzer, ha-ha-ha,” kata Cak Imin di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Minggu (1/10).***DTK