FIFA Bisa Larang Rusia, Kenapa Nggak Bisa Larang Israel Juga?

Olahraga473 Dilihat

JAKARTA || Ramai omongan, FIFA bisa larang Rusia tampil di Piala Dunia tapi kok Israel tidak. Ada sejarah dan persoalan yang berbeda di antara keduanya! Omongan itu muncul ketika Indonesia akhirnya dicoret oleh FIFA sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 pada Rabu (29/3) malam WIB.

“Menyusul pertemuan antara Presiden FIFA Gianni Infantino dan Presiden PSSI Erick Thohir, FIFA telah memutuskan, mengingat situasi saat ini, untuk membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah FIFA U-20 World Cup 2023. Tuan rumah baru akan diumumkan sesegera mungkin, dengan tanggal turnamen tidak berubah. Potensi sanksi untuk PSSI kemungkinan juga akan diputuskan di kemudian hari,” tulis pernyataan FIFA.

Memang, FIFA tidak merinci jelas alasan di baliknya. Akan tetapi ada kalimat ‘mengingat situasi saat ini’. Hal itu jadi pertanyaan, situasi yang mana?

Kalau melihat satu bulan terakhir, isu penolakan keikutsertaan Israel di Piala Dunia U-20 telah masif dilakukan. Salah satu alasan yang lazim muncul, Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dan Indonesia ada di sisi mendukung Palestina — alias berseberangan dengan Israel.

Isu tersebut dinilai akan memicu kekhawatiran. Ditambah, Bali yang sedianya diproyeksikan menjadi home base Israel turut menolak kedatangannya dengan surat yang dilayangkan sang gubernur Wayan Koster ke Kemenpora pada 14 Maret.

Lalu kini, sejumlah kalangan turut bersuara lantang. Kalau FIFA bisa larang Rusia ikut Piala Dunia 2018 maka kenapa tidak bisa melakukan hal yang sama kepada Israel di Piala Dunia U-20 pada 20 Mei-11 Juni nanti? Bukankah, dari satu perspektif, Israel-Palestina dianggap serupa dengan Rusia-Ukraina, dan sering pula terjadi konflik di sana?

Dalam penelusuran detikSport dirangkum dari media-media olahraga internasional, FIFA nge-banned Rusia karena invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Hal itu jadi sorotan dunia. Juga banyak jatuh korban jiwa.

Setelahnya, tiga negara Britania Raya yakni Inggris, Irlandia, dan Wales ramai-ramai menolak tanding lawan Rusia. FA selaku induk sepakbola Inggris dan paling disegani di dunia ikutan bersuara lantang. Bukan cuma itu, Komite Olahraga Dunia (International Olympic Committee yang disingkat IOC) turut ajukan Rusia ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).

Swedia dan Polandia lalu ikutan tolak tanding lawan Rusia. Sampai akhirnya, UEFA turun tangan dan membekukan Rusia. Bukan cuma timnasnya, tapi klub-klub sepakbola dilarang tampil di kompetisi antarklub Eropa (Spartak Moskow di Liga Europa pada tahun itu), dan pengusiran investor Rusia dari tanah Inggris (Roman Abramovich selaku pemilik Chelsea).

Hal itu dinilai sebagai bentuk perlawanan atas invasi Rusia dari bidang olahraga, yang juga ada omongan menyangkut sisi politik. Simpelnya, biar Rusia jera!

FIFA akhirnya ambil langkah melarang Rusia tampil di ajang Piala Dunia 2018 dan teranyar di kualifikasi Piala Eropa 2024. Bahkan larangan itu sampai batas yang belum ditentukan!

Kalau Israel, bagaimana? Simak di halaman selanjutnya.

Kalau Israel, sebenarnya kasusnya tidak praktis plek-plekan sama dengan Rusia, soal di-banned FIFA, dan punya sejarah panjang.

Tahukah kamu, Israel dengan nama induk sepakbola Israel Football Association (IFA) sebenarnya dulu bagian dari Asian Football Confederation (AFC) pada tahun 1954 sampai 1974. Kemudian, mereka diboikot karena dikecam oleh negara-negara Arab terkait Israel terus berkonflik dengan Palestina dan menyatakan diri merdeka.

Pengecaman itu terjadi misalnya di kualifikasi Zona Asia dan Afrika pada Piala Dunia 1958. Israel meraih kemenangan karena lawan-lawannya yang notabene negara pro Palestina memilih mundur!

FIFA saat itu malu akan situasi tersebut. Alhasil, dilakukanlah laga play-off kontra Wales dan Israel kalah dua kali di laga kandang dan tandang dengan skor sama masing-masing 0-2.

Tahun 1964, Israel sempat jadi tuan rumah Piala Asia dan jadi juara. Itu jadi satu-satunya trofi buat negara tersebut dengan catatan 11 negara mundur dari 16 negara peserta!

Israel menang dengan hanya tiga kemenangan, melawan India, Korea Selatan dan Hong Kong. Namun AFC, diketahui tidak mengakui kemenangan Israel saat itu.

Puncaknya tahun 1974 ketika Kuwait bersama Korea Utara jadi tuan rumah Asian Games. Kuwait menolak kehadiran Israel dan lakukan voting bersama 36 negara peserta. Hasilnya, 17 meminta Israel tidak diikutsertakan, 13 mendukung Israel, enam lainnya abstain.

Israel sempat gabung ke Oseania. Namun di tahun 1991, klub-klub sepakbola Israel coba berkompetisi di tanah Eropa dan tiga tahun kemudian di 1994 mereka benar-benar jadi anggota UEFA.

UEFA waktu itu tidak mempermasalahkan Israel yang berkonflik dengan Palestina. Namun masalahnya, Israel sendiri sebenarnya sudah dinilai menyalahi statuta FIFA pasal 3.

Pasal itu tertulis secara tegas jika diskriminasi dalam bentuk apapun terhadap negara, orang pribadi atau sekelompok orang dengan membawa etnis, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau alasan lain sangat dilarang dan akan dihukum lewat sanksi atau dihapus dari keanggotaan FIFA.

Berjalannya waktu, statuta FIFA terus mengalami perubahan. Misal, per Mei 2022 ada pasal 4 yang berisi non-diskriminasi, kesetaraan, dan netralitas.

Ditegaskan pada ayat 1, FIFA melarang keras diskriminasi dalam bentuk apapun dan dapat dihukum dengan penangguhan atau pengusiran. Pada ayat 2, FIFA pun menegaskan untuk tetap netral dalam urusan politik dan agama.

Nah soal Piala Dunia U-20, pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI nomor 19 tahun 2022 turut mendukung statuta FIFA tersebut karena mau tidak mau harus tunduk dengan aturan FIFA.

Pada pasal 10 ayat 1 dituliskan setiap kementerian, lembaga dan daerah untuk menyediakan fasilitas demi menyukseskan pelaksanaan Piala Dunia U-20. Ayat 1 pun dipertegas dengan ayat 2 yang berisi fasilitas yang disediakan oleh pemerintah termasuk keimigrasian, perizinan, keselamatan dan keamanan serta lainnya.

Kok Indonesia mau-mau saja tunduk sama FIFA, sih? Coba deh lihat Qatar yang jadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Qatar berkewajiban membebaskan semua penonton dari seluruh dunia untuk menyaksikan pertandingan di stadion.

Qatar yang tidak punya hubungan diplomasi dengan Israel pun harus tunduk dengan peraturan tersebut. Sampai-sampai, dibuka rute penerbangan langsung Doha-Tel Aviv hanya selama ajang Piala Dunia saja.

Akan tetapi, kehadiran orang-orang Israel di Qatar jadi ‘bumerang’ buat mereka sendiri. Tak sedikit ramai di sosmed, jurnalis Israel diteriaki ‘Free Palestine!’

Tak sampai di situ, bendera Palestina kerap terbentang di stadion. Para muslim di sana seolah menyerang Israel dengan elegan. Israel silakan saja datang, tapi sambutannya ya seperti begitu!

Para fans Tunisia bentangkan spanduk bebaskan Palestina saat timnas negaranya hadapi Australia di Piala Dunia 2022 Qatar (Foto: Getty Images/Robert Cianflone)
Kembali soal Piala Dunia U-20, ketika Indonesia sempat menjabat status sebagai tuan rumah, isu penolakan kedatangan Israel terus terdengar kencang.

Maka, FIFA yang punya kewajiban kepada setiap anggotanya harus mencari solusi terbaik. Kembali ke awal soal kalimat pernyataan pencoretan Indonesia sebagai tuan rumah yang berbunyi ‘mengingat situasi saat ini’, bisa jadi gelombang penolakan Israel (sekali lagi bisa jadi) salah satu penyebab kuatnya.

Tapi jangan lupa, perihal kesiapan infrastruktur venue Piala Dunia U-20 juga patut dipertanyakan. Sebab dari enam stadion, kabarnya ada dua yang bisa dicoret.

Sampai berita ini ditayangkan, belum ada penjelasan lanjut dari FIFA dan PSSI terkait alasan sebenarnya pencoretan status Indonesia sebagai host Piala Dunia U-20.

Yang pasti Garuda Muda, sudah bermuram durja. Begitu pula segenap pecinta sepakbola Tanah Air.***DTK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *