Ekonom Wanti-wanti RI Alami Inflasi Jelang Lebaran

Ekonomi113 Dilihat

JAKARTA || Ekonom Bank Permata memprediksi Indonesia akan mengalami inflasi pada Maret mendatang. Hal ini sejalan dengan berakhirnya tarif diskon 50% yang diterapkan pemerintah selama dua bulan, yakni Januari dan Februari.

Head of Macroeconomic & Financial Market Research, Bank Permata Faisal Rachman mengatakan deflasi Januari sebesar 0,76% masuk kategori cukup rendah. Menurut Faisal, capaian ini menunjukkan tren yang berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang cenderung mengalami inflasi pada Januari.

“Kalau kita lihat ini, ini memang mostly karena deflasi 0,76% secara month to month ya di bulan Januari, dan mostly ini memang berubah daripada trendnya. Karena biasanya kalau trend itu di Januari tercantum inflasi karena memang musim hujan dan pasti harga-harga itu melonjak,” kata Faisal dalam acara Economic Review yang disiarkan secara daring, Senin (10/2/2025).

Faisal menjelaskan penyebab terjadinya deflasi tak lepas dari kebijakan tarif diskon listrik sebesar 50%. Namun, kebijakan tersebut akan berakhir pada Februari sehingga harga-harga diprediksi akan melonjak 50% pada Maret. Ditambah, sebentar lagi memasuki bulan Ramadan dan Lebaran.

Faisal pun memprediksi Maret akan mengalami inflasi. Sementara itu, untuk 2025, Faisal memperkirakan inflasi Indonesia berada di level 2%.

“Dan di Maret juga ada bulan Ramadan, dan juga sudah mulai masuk ke Lebaran. Artinya memang ada pull up demand di sana, sehingga kemungkinan kita lihat memang di bulan Maret itu inflasi cenderung akan kembali meningkat. Mungkin di Januari, Februari itu rendah, tetapi di Maret itu kemungkinan inflasi bisa melonjak. So, kita masih melihat bahwa inflasi di tahun 2025 ini, kemungkinan masih akan bisa berada di level 2%-an di akhir tahun 2025,” tambah Faisal.

Lebih lanjut, Faisal membeberkan komponen yang menyebabkan deflasi pada Januari. Subkelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga menyumbang deflasi sebesar 8,75% pada Januari. Dia menekankan subkelompok itulah yang menjadi faktor utama deflasi Januari.

“Jadi kalau kita lihat secara komponen, housing water electricity itu, itu mengalami deflasi 8,75% secara on-year di bulan Januari ya, jadi itu karena faktor itu. Tapi kalau kita menghilangkan itu, maka memang memang inflasi itu masih akan cenderung di atas 1,5%. Jadi, memang ini memang purely mostly karena electricity ya,” terang dia.***DTK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *