Diduga Ogah Diwawancarai Wartawan, Direktur Polmed ‘Tergesa-gesa’ Tinggalkan Kantor Ombudsman

Medan153 Dilihat

MEDAN || Direktur Politeknik Negeri Medan Dr Ir Idham Kamil ST MT tergesa-gesa meninggalkan Kantor Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Utara di Jalan Asrama, Medan Helvetia, Rabu (7/8) sore.

Direktur itu diduga ogah diwawancarai wartawan yang telah menunggunya usai mengikuti rapat klarifikasi dilaksanakan Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Utara.

Diketahui, undangan klarifikasi Ombudsman tersebut terkait adanya pemberitaan di media massa tentang adanya dugaan pungutan liar (pungli, red) yang dilakukan Politeknik Negeri Medan terhadap mahasiswa baru Tahun Ajaran 2024-2025 dengan modus melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan tes bebas narkoba.

“Sama Ombudsman aja, tadi saya sudah sampaikan. Satu pintu aja,” ujarnya singkat sembari berjalan cepat ke mobilnya yang terparkir di depan pintu masuk gedung Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Utara.

Sementara itu, Penjabat Sementara (Pjs) Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Utara, James Panggabean, menyebutkan, pihaknya memanggil Politeknik Negeri Medan untuk meminta klarifikasi terkait adanya pemberitaan di salah satu media di Kota Medan terkait adanya kutipan biaya dibebankan terhadap mahasiswa baru dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan tes bebas narkoba.

“Jadi pertemuan tadi, kita mau meminta klarifikasi kepada pihak Politeknik Negeri Medan terkait pemberitaan yang berkembang terkait pelaksanaan kesehatan dan narkoba, yang dibebankan sebesar Rp375.000,- kepada setiap mahasiswa baru,” ungkap James

James mengaku, pihaknya masih mengklarifikasi dan akan meminta dokumen-dokumen terkait untuk diperiksa, apakah ada ditemukan mal administrasi atau tidak.

“Kami secara prinsip, (pemeriksaan kesehatan dan bebas narkoba, red) setuju. Artinya ada pengendalian mahasiswa itu bebas dari narkoba dan buta warna. Namun, bagaimana jika mahasiswa baru itu berasal dari keluarga tidak mampu, jika UKT saja menjadi suatu isu, nah ini ketika ada penambahan biaya, bagaimana?” singgungnya.

Ombudsman, kata James, sedang mendalami penambahan biaya tersebut. Apalagi, kegiatan tersebut sudah berlangsung lama. “Alangkah baiknya, kita bisa mengevaluasi dulu. Ketika kebijakan ini sudah bertahun-tahun, apakah ini masih layak atau tidak kita gunakan sekarang ini,” bebernya.***REL

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *