AS Beri Rentetan Sanksi Baru ke Rusia, Moskow Yakin Takkan Berdampak

Ragam587 Dilihat

WASHINGTON DC || Amerika Serikat (AS) menandai peringatan setahun perang di Ukraina dengan menjatuhkan rentetan sanksi baru terhadap Rusia. Sanksi-sanksi terbaru itu dimaksudkan untuk merusak kemampuan Moskow dalam terus berperang.

Seperti dilansir Reuters, Sabtu (25/2/2023), pemerintahan Presiden Joe Biden mengungkapkan sanksi-sanksi terbaru itu saat negara-negara G7 dan Presiden Volodymyr Zelensky bertemu untuk membahas lebih banyak bantuan bagi Ukraina.

Sanksi yang dijatuhkan mencakup pembatasan visa untuk anggota militer Rusia, membekukan aset sekutu-sekutu Presiden Vladimir Putin, secara efektif melarang impor aluminium dari Rusia, membatas perbankan Rusia dan aktivitas produksi senjata.

Sanksi itu juga menempatkan perusahaan telepon seluler terbesar kedua di Rusia, Megafon, ke dalam daftar hitam (blacklist) perdagangan.

Langkah-langkah tambahan, sebut para pejabat AS yang enggan disebut namanya, akan diberlakukan di kemudian hari.

“Kami akan menjatuhkan sanksi terhadap para pelaku tambahan yang terkait dengan industri pertahanan dan teknologi Rusia, termasuk pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk mengisi kembali pasokan barang Rusia yang terkena sanksi atau memungkinkan Rusia menghindari sanksi,” tegas Gedung Putih.

Sanksi-sanksi terbaru dari Departemen Luar Negeri AS itu mencakup untuk jajaran menteri kabinet dan puluhan gubernur serta kepala daerah Rusia.

Sementara rentetan sanksi terbaru dari Departemen Keuangan AS menargetkan 22 individu dan 83 entitas Rusia, yang akan menambahkan lebih dari 2.500 sanksi yang diberlakukan sepanjang tahun lalu.

Peningkatan tarif AS juga akan diterapkan terhadap lebih dari 100 produk logam, mineral dan kimia senilai US$ 2,8 miliar ke Rusia.

Terlepas dari itu, meskipun banyak sanksi Barat telah merusak perekonomian Rusia, Putin masih bisa mendanai perangnya di Ukraina. Oleh karena itu, AS juga memfokuskan pada pihak-pihak ketiga, termasuk dari China dan beberapa negara lainnya, yang dianggap membantu Rusia dalam menghindari sanksi.

Departemen Keuangan AS memasukkan nama 30 orang dan perusahaan asal Swiss, Jerman dan beberapa negara lainnya yang dianggap membantu Moskow mendanai perangnya, ke dalam daftar sanksi.

Sementara Departemen Perdagangan AS menerapkan pembatasan ekspor terhadap nyaris 90 perusahaan Rusia dan negara ketiga, termasuk di China, yang dianggap menghindari sanksi untuk mendukung sektor pertahanan Moskow dan melarang mereka membeli barang-barang seperti semikonduktor.

Tidak hanya itu, Washington juga berupaya mencegah komponen-komponen yang ditemukan di dalam drone-drone buatan Iran, untuk mencapai ke medan pertempuran di Ukraina.

Dalam tanggapannya, Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov meyakini bahwa rentetan sanksi terbaru itu tidak akan berdampak pada negaranya. Disebutkan oleh Antonov bahwa sanksi-sanksi terbaru itu ‘sembrono’ dan dirancang untuk membuat Rusia menderita.

“Apakah ada yang benar-benar berpikir bahwa inilah caranya untuk membuat negara kami meninggalkan kebijakan independen, memaksanya keluar dari jalur yang dipilih untuk membangun dunia multipolar berdasarkan prinsip keamanan yang tidak terpisahkan, terhadap hukum internasional dan Piagam PBB?” demikian pernyataan Antonov dalam postingan akun Facebook Kedutaan Besar Rusia.***DTK