WASHINGTON DC || Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan bantuan militer terbarunya untuk Ukraina yang nilainya mencapai US$ 2,6 miliar (Rp 38,7 triliun). Bantuan militer terbaru itu mencakup tiga radar pengawasan udara, roket antitank dan truk-truk bahan bakar.
Seperti dilansir AFP, Rabu (5/4/2023), Pentagon mengumumkan bantuan militer terbaru untuk Ukraina itu dalam pernyataannya pada Selasa (4/4) waktu setempat.
Paket bantuan senjata dari AS itu terdiri atas US$ 2,1 miliar dari pendanaan Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina (USAI) yang mengizinkan pemerintahan Presiden Joe Biden untuk membeli persenjataan dari industri, bukan dari stok persenjataan AS.
Paket USAI mencakup amunisi tambahan untuk pertahanan udara NASAMS, yang dipasok AS dan sekutunya kepada Ukraina, kemudian juga amunisi udara presisi, roket GRAD era-Soviet, roket-roket antitank, sistem penghubung lapis baja yang digunakan dalam serangan, dan 105 truk bahan bakar, bersama dengan pendanaan untuk pelatihan dan pemeliharaan.
Sisanya sebanyak US$ 500 juta datang dari dana Otoritas Penarikan Presiden, yang memungkinkan Presiden AS untuk mengambil dari stok persenjataan dalam situasi darurat.
Paket senjata dari Otoritas Penarikan Presiden mencakup setengah lusin jenis amunisi termasuk amunisi untuk sistem pertahanan udara Patriot, amunisi untuk tank dan untuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS).
Paket bantuan terbaru AS itu juga mencakup 61 tanker bahan bakar berat dan kendaraan pemulihan untuk membantu peralatan berat yang mengalami kerusakan, seperti tank-tank.
Presiden Volodymyr Zelensky, pada Selasa (4/4), mengatakan kepada Asosiasi Gubernur Nasional AS bahwa Amerika Serikat bisa melindungi nilai-nilainya dengan membantu Ukraina.
“Kerja sama kita akan memungkinkan peningkatan baru untuk keamanan Anda, untuk perekonomian kami dan Anda, untuk pekerjaan di kedua negara kita,” ucap Zelensky dalam pernyataan via video link.
“Hal utamanya adalah jangan kehilangan waktu, jangkah kehilangan kesempatan yang kita miliki. Bertindak sekarang, bantu sekarang. Warga Ukraina bertindak agar rakyat Amerika tidak perlu berperang — dan bersama-sama mendapatkan kekuatan baru untuk negara kita,” cetusnya.
Sementara itu, reaksi keras disampaikan oleh Kedutaan Besar Rusia di Washington yang menuduh AS ingin memperpanjang konflik selama mungkin.
“Keputusan untuk memasok persenjataan ke Kiev merupakan langkah menuju eskalasi krisis Ukraina dan meningkatkan jumlah korban sipil,” demikian pernyataan Kedutaan Besar Rusia di Washington seperti dikutip kantor berita Rusia, TASS.
Dengan bantuan terbaru ini, maka AS sejauh ini telah mengirimkan bantuan militer senilai total lebih dari US$ 35,2 miliar, atau sekitar Rp 525 triliun, untuk Ukraina sejak Rusia melancarkan invasinya pada 24 Februari 2022.***DTK