Suriah Tahan 2 Pemimpin Senior Jihad Islam, Alasannya Misterius

Ragam5 Dilihat

DAMASKUS || Otoritas Suriah menahan dua pemimpin senior kelompok militan Jihad Islam, yang bermarkas di Jalur Gaza dan masih merupakan sekutu Hamas. Alasan penahanan kedua pemimpin senior Jihad Islam itu tidak diketahui secara jelas.

Kabar penahanan kedua pemimpin Jihad Islam itu, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (23/4/2025), diungkapkan oleh sayap bersenjata kelompok militan itu, Brigade Al Quds, seorang pejabat Suriah yang enggan disebut namanya.

Brigade Al Quds dalam pernyataannya menyebut identitas kedua pemimpin senior itu, yakni Khaled Khaled yang mengepalai operasi Jihad Islam di wilayah Suriah dan Yasser al-Zafari yang memimpin komite organisasinya.

Disebutkan oleh Brigade Al Quds dalam pernyataan pada Selasa (22/4) bahwa keduanya sudah berada di dalam tahanan otoritas Suriah selama lima hari.

Menurut Brigade Al Quds, kedua pemimpin senior Jihad Islam itu ditahan “tanpa penjelasan apa pun tentang alasannya” dan “dengan cara yang tidak kami harapkan dari saudara-saudara kami” di Suriah.

Brigade Al Quds menyerukan pembebasan kedua pemimpinnya itu segera.

Seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri Suriah, yang tidak ingin disebut namanya, mengonfirmasi penahanan kedua pemimpin senior Jihad Islam tersebut. Namun pejabat Suriah itu tidak menanggapi pertanyaan lanjutan soal alasan penahanan keduanya.

Seorang sumber Palestina yang ada di Damaskus juga mengonfirmasi penahanan tersebut.

Jihad Islam ikut serta dalam serangan mematikan yang dipimpin Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023 lalu, yang memicu perang tanpa henti di Jalur Gaza. Kelompok ini menerima pendanaan dan bantuan dari Iran, dan sudah sejak lama memiliki kantor di negara lain, seperti Suriah dan Lebanon.

Namun, sekutu Jihad Islam yang ada di kedua negara tersebut baru-baru ini mengalami pukulan telak, di mana Hizbullah di Lebanon telah sangat dilemahkan oleh serangan udara dan darat Israel sejak tahun lalu, sedangkan mantan pemimpin Suriah Bashar al-Assad digulingkan oleh serangan pemberontak tahun lalu.

Kepemimpinan baru di Damaskus telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dan berharap untuk membangun kembali dukungan regional maupun internasional untuk Suriah, tidak hanya untuk menghilangkan sanksi dan mendanai rekonstruksi setelah perang brutal selama 14 tahun.

Amerika Serikat (AS), menurut laporan Reuters bulan lalu, telah memberikan daftar persyaratan yang harus dipenuhi Suriah sebagai imbalan atas keringanan sebagian sanksi. Beberapa sumber menyebut salah satu persyaratannya adalah menjaga jarak dengan kelompok-kelompok militan Palestina yang didukung Iran.***DTK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *