Respons Ganjar dan PDIP Usai Prabowo Didukung PAN-Golkar

Politik2508 Dilihat

JAKARTA, informasiterpercaya.com || PAN dan Golkar akhirnya melabuhkan dukungan kepada Ketum Gerindra Prabowo Subianto sebagai capres sehingga membuat Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) semakin kuat. PDIP dan bacapresnya Ganjar Pranowo pun merespons hal itu. Apa kata mereka?

Untuk diketahui, PAN dan Golkar resmi menyatakan dukungan ke Prabowo pada Minggu (13/8/2023). Deklarasi itu digelar di Perumusan Museum Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat.

Deklarasi itu sekaligus menandakan bergabungnya PAN dan Golkar ke KKIR, koalisi yang sebelumnya sudah diinisiasi lebih dulu oleh PKB dan Gerindra. Mereka juga meneken kerja sama politik empat partai yang ditandatangani oleh masing-masing ketum partai, yakni Ketum Gerindra Prabowo Subianto, Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Ketum Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketum PAN Zulkifli Hasan.

PDIP dann Ganjar Pranowo merespons deklarasi itu. PDIP menyinggung partainya yang terbiasa dikeroyok, sementara Ganjar menilai peta koalisi ini seperti dejavu di pilpres 2014. Simak rangkumannya:

PDIP Terbiasa Dikeroyok Politik
Ketua DPP PDIP Said Abdullah bicara penguatan basis dukungan terhadap Ganjar Pranowo. Pihaknya akan memperkuat kerja sama koalisi dengan partai-partai yang sudah bergabung.

“Dengan kerjasama politik yang saat ini sudah yang sudah terjalin antara PDI Perjuangan, PPP, Hanura dan Perindo, tentu kami akan makin menguatkan basis dukungan ini untuk dukungan kepada Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden 2024,” kata Said kepada wartawan, Minggu (13/8/2023).

Said mengatakan pihaknya tidak berkecil hati soal bertambahnya kekuatan partai pengusung Prabowo. Dia lantas mengulas pilpres 2014 yang memenangkan Jokowi-Jusuf Kalla, padahal partai koalisinya saat itu terbilang cukup jauh.

Sebagai bahan cerminan, pada Pilpres 2014, pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla hanya di usung oleh PDI Perjuangan, PKB, Nasdem, Hanura dan PKPI. Walau saat itu dari sisi jumlah dukungan partai di pilpres kami kalah jauh,” tutur Said.

“Namun, dengan soliditas dan kerja politik yang kuat di akar rumput terbukti pasangan Jokowi-JK justru mampu memenangkan pilpres dengan perolehan suara 53,15 persen, sementara Prabowo Hatta 46,88 persen,” lanjutnya.

Said menekankan partainya akan bekerja cerdas dan mengutamakan kepedulian ke akar rumput. Said menyinggung sejarah partai yang kerap dikeroyok secara politik.

“PDI Perjuangan memiliki sejarah panjang sebagai partai yang dididik dan dibesarkan dengan terbiasa dikeroyok secara politik. Di masa orde baru kami mengalami hal itu, dan di masa Jokowi JK, begitu pula saat ini,” kata Said.

“Oleh sebab itu, bagi segenap kader PDI Perjuangan perlu kami ingatkan, kita pernah mengalami pahit getirnya sejarah, justru dari pengalaman panjang itulah kita harus memperkuat mental juang. Kita harus bisa setegak-tegaknya melalui jalan terjal politik, dan dengan begitulah mental juang kita terbentuk,” sambungnya.

Ganjar Bilang Dejavu di Pilpres 2014
Ganjar menilai dukungan itu hal yang biasa dalam demokrasi. Ganjar mengucapkan selamat kepada kedua partai yang sudah bergabung dalam KKIR.

“Dalam proses demokrasi sebenarnya itu biasa saja dan saya sangat menghormati sikap masing-masing partai. Pasti beliau-beliau juga sudah memberikan keputusan, sudah punya catatan-catatan harus merapat kemana,” kata Ganjar dalam keterangan tertulis, Minggu (13/8/2023).

Ganjar menghormati keputusan semua partai dalam mengambil langkah politiknya pada Pemilu 2024. Terlebih saat ini partai politik sedang bernegosiasi untuk memperkuat kekuatannya di pesta demokrasi nanti.

“Ya sekarang semuanya lagi bernegosiasi. Maka kalau ada partai merapat ke salah satu titik menurut saya itu hak politik mereka,” ungkap Ganjar.

“Dan buat kita, buat kami, yang sudah mendeklarasikan tentu ini adalah bagian dari ikhtiar kita untuk berkomunikasi secara baik, baik yang sudah mendukung maupun yang belum dan suasananya masih sangat cair sekali,” sambungnya.

Lebih lanjut, Ganjar kemudian teringat dengan kondisi koalisi pada Pilpres 2014 lalu. Saat itu Koalisi Merah Putih milik Prabowo-Hatta Radjasa juga didukung Partai Golkar dan PAN, bersama Gerindra, PKS, PPP, serta PBB.

Di sisi lain, lawan politiknya yakni Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla yang diusung PDIP bersama Partai NasDem, PKB, PKP, dan Hanura di Koalisi Indonesia Hebat berhasil memenangkan ajang demokrasi lima tahunan itu, kemudian menjadi Presiden-Wakil Presiden periode 2014-2019.

“Jadi menurut saya itu biasa-biasa saja dan kisah ini pun pernah terjadi pada saat 2014 kalau tidak salah. Saat itu yang mendukung lawannya Pak Jokowi itu juga sama, mereka semua berbondong-bondong ke sana dan kejadian ini kita catat dalam perjalanannya dan selalu ada dinamika yang berubah,” tutur Ganjar.

Ganjar lantas mengucapkan selamat atas deklarasi yang sudah dilakukan Golkar dan PAN. Saat ini, kata Ganjar, hal paling penting adalah menjaga demokrasi berjalan baik sehingga anak-anak bangsa bisa menyelesaikan berbagai persoalan yang ada.

“Jadi buat saya, saya ucapkan selamat sudah bergabung (ke koalisi Prabowo), ini proses demokrasi yang biasa saja, dan tentu saja yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga demokrasi berjalan dengan baik, apa yang mesti kita bereskan dari persoalan bangsa dan negara ini,” jelas Ganjar.***DTK