JAKARTA || India kembali ‘diamuk’ wabah virus Nipah, dua orang dari enam yang teridentifikasi positif, tewas. Meski virus disebut memiliki angka kematian 75 persen, penularan virus Nipah sejauh ini tidak secepat COVID-19. Masih melalui kontak cairan dengan hewan maupun manusia yang terpapar.
Bisa juga tertular saat mengonsumsi buah atau makanan yang terkontaminasi virus Nipah dari reservoir, atau hewan pembawa virus yakni kelelawar buah.
Namun, Indonesia diyakini tidak lantas bebas risiko. Malaysia juga sempat menghadapi wabah yang sama 24 tahun lalu, virus Nipah menyebar di peternakan babi. Pakar global health security Dicky Budiman menduga kemungkinan besar sebetulnya virus Nipah juga sudah menyebar di Tanah Air.
“Bisa saja di Indonesia sudah ada dalam skala lebih kecil dan tidak terdeteksi, dugaan itu sangat berdasar karena kita hidup di negara tropis, saat kelelawar buah yang menjadi reservoir dari Nipah virus itu ada, jadi keberadaan reservoir itu kan sudah membuka peluang untuk dia bisa menyebarkan virus itu,” beber Dicky kepada detikcom Kamis (21/9/2023).
“Pertanyaan selanjutnya adalah kita belum bisa memastikan wilayah kita aman, bersih dari Nipah virus, karena surveilans hewan kita di spesies kelelawar ini lemah, artinya kita buta terhadap situasi itu, padahal reservoirnya ada,” sambungnya.
Bedanya dengan Kerala, wilayah tersebut sudah memasuki fase endemi virus Nipah. Dari 100 kelelawar yang ada, 10 di antaranya menjadi pembawa virus.
Sementara di Indonesia, kemungkinan belum berada di tahap yang sama. Namun, sekali lagi Dicky menegaskan keberadaan kelelawar buah kerap ditemui di pulau Sumatera dan Kalimantan, yakni dekat dengan Malaysia.
Dicky khawatir nihilnya surveilans ketat membuat virus Nipah ‘diam-diam’ menyebar dan membuat karakteristik virus terus berubah, semakin berisiko. Terlebih, di tengah lahan hidup kelelawar buah yang semakin berkurang, jarak penularan akan semakin dekat dengan pemukiman penduduk.
“Ini kan yang sebetulnya juga terjadi di Indonesia, hutan kita berkurang, ini yang membuat kejadian dengan Kerala, kita harus segera melakukan antisipasi merespons-nya dengan penguatan surveilans, memastikan itu tidak ada,” sorotnya.
“Karena virus Nipah ini sangat mudah bermutasi,” pesan dia.***DTK