SIOSAR, informasiterpercaya.com || PEMBANGUNAN Sport Center Siosar diharapkan masyarakat Desa Sigarang Garang, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Sumatera Utara segera rampung. Disamping itu juga, masyarakat di sekitar Sport Center Siosar berharap dapat meningkatkan perekonomian dan membuka peluang kerja baru.
“Tidak cuma bangga. Kami juga merasa senang, sudah dibangun sport center itu. Kami berharap nantinya ada peluang buat kami bisa bekerja di sport center. Misalnya menjadi cleaning service,” kata Eris beru Sitepu dalam bincang-bincang dengan Ketua Pemerhati Olahraga Nasional (PON) dan sejumlah pengurus yakni Bambang Sri Kurniawan, Adi Wasgo, Susilo dan Bambang Sugiarto saat meninjau ke lokasi pembangunan Sport Center Siosar, Rabu (31/05/2023).
Eris mengatakan, dia dan warga lainnya tidak hanya senang dengan keberadaan Sport Center yang dibangun Pemerintah Provinsi Sumut. Baginya, Sport Centre bisa membuka peluang kerja di desanya itu.
Warga lainnya, Butet beru Ginting, juga menyampaikan hal yang sama. Dia mendukung keberadaan Sport Center yang ada di Siosar.
“Kami senang dan mendukung sport center itu. Kami juga bisa berjualan nanti,” kata Butet.
Kebanggaan akan keberadaan Sport Center juga disampaikan Semangat Sitepu. Bukan hanya bangga, Semangat juga meyakini, aula yang melengkapi gedung training center (TC) sport center di Siosar ini nantinya bisa digunakan oleh pihak Pemprov Sumut.
“Dipakai untuk rapat-rapat. Dan peserta rapat juga bisa menginap di situ tanpa harus membayar sewa hotel, seperti yang selama ini dilakukan para petinggi pemerintahan jika melakukan pertemuan-pertemuan,” papar Semangat.
Dampak lainnya dengan adanya Sport Center ini, kata Semangat, tanah-tanah di sini bisa menjadi lebih mahal harganya dibanding sekarang.
Desas desus tentang tanah adat yang digunakan untuk membangun sport center di Siosar berbiaya Rp33 miliar ini pun menjadi terang benderang.
Menurut Ketua Lembaga PON, Ariadi, yang sudah ngobrol hampir seharian bersama warga, ternyata cerita soal tanah adat itu hanya pepesan kosong. Tidak terbukti sama sekali. Termasuk dengan respon masyarakat sekitar yang mayoritas menyambut positif kehadiran Sport Center.
“Memang harus turun langsung ke sini dan bertanya kepada masyarakat di sini, untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi. Dan menurut warga di sini, sama sekali bukan tanah adat. Dan tidak ada ribut-ribut menolak pembangunan Sport Center ini. Apalagi terdengar sampai melakukan aksi demo-demo. Masyarakat ternyata juga bukan cuma senang dan bangga. Justeru kehadiran Sport Center ini melahirkan harapan-harapan baru yang positif untuk keberlangsungan hidup mereka ke depan,” tandas Ariadi.***WASGO