Kronologi Konflik antara Hamas dan Israel

Ragam490 Dilihat

GAZA || Tidak lama setelah didirikan atas restu Sheikh Ahmad Yassin sebagai perpanjangan Ikhwanul Muslimin dalam Intifada pertama pada tahun 1987, Hamas menambatkan niat memusnahkan Israel dan mendirikan negara Islam di Palestina.

Hamas sendiri merupakan akronim berbahasa Arab dari Gerakan Perlawanan Islam. Sejak berseteru dengan Fatah pada 2007, kekuasaan kelompok yang masuk dalam daftar teror Uni Eropa, Amerika Serikat dan sejumlah negara Arab ini terbatas di Jalur Gaza.

Pendiri Hamas, Sheikh Yassin, tewas dibunuh rudal Israel ketika meninggalkan sebuah masjid di Gaza usai menunaikan salat subuh pada tahun 2004. Kematiannya menandakan penggalan dalam sejarah panjang pertempuran antara Hamas dan Israel.

Berikut kronologinya:

1987: Intifada Pertama
Gelombang Intifada pertama dikenal dengan nama “perang batu” karena ditandai oleh aksi protes massal warga sipil Palestina melawan pendudukan Israel. Pemicunya adalah tewasnya empat orang warga Gaza dalam tabrakan antara truk militer Israel dengan dua taksi di dekat pintu perbatasan Erez, 8 Desember 1987.

Di tengah eskalasi protes, Hamas awalnya dibentuk sebagai wadah perlawanan damai warga di Jalur Gaza. Paradigma tersebut berubah beberapa bulan kemudian, ketika Hamas menerbitkan sebuah piagam yang menyuarakan jihad bersenjata melawan Israel.

1989: Israel haramkan Hamas
Tahun 1989, Israel resmi mendeklarasikan Hamas sebagai organisasi terlarang. Pada tahun yang sama, Sheikh Ahmad Yassin ditangkap dan divonis penjara seumur hidup. Dia baru dibebaskan pada tahun 1997, sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan yang dimediasi Yordania.

Saat itu, harian AS, New York Times, melaporkan, kondisi kesehatan Yassin sedemikian buruk ketika dibebaskan, sampai-sampai dia membutuhkan bantuan untuk minum. Dia disyaratkan berhenti menyerukan aksi bom bunuh diri melawan Israel jika tetap ingin bebas.

1994: Gelombang bom bunuh diri
Hamas menentang Perjanjian Oslo 1993 yang menjamin pengakuan atas negara Israel oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Pertentangan menjadi kemelut ketika seorang teroris Yahudi bernama Baruch Goldstein, yang membantai 29 jemaah sebuah masjid di Hebron pada 25 Februari 1994.

Buntutnya, Hamas melancarkan serangan balas dendam dengan mengirimkan gelombang bom bunuh diri yang untuk pertama kalinya diniatkan membunuh warga sipil di Israel. Memburuknya situasi keamanan ikut melumpuhkan proses negosiasi untuk mengimplementasikan kesepakatan Oslo.

Pada 1997, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu perintahkan dinas rahasia Mossad membunuh petinggi Hamas, Khaled Mashaal, dengan menggunakan racun di Yordania. Namun upaya asasinasi digagalkan aparat Yordania. Israel akhirnya bersedia memberikan obat penawar bagi Mashaal dan membebaskan Yassin dari penjara.

2000: Intifada Kedua
Pada Akhir September 2000, pemimpin oposisi Israel, Ariel Sharon, memercik api saat mengunjungi Bukit Bait Suci yang cepat menjalar menjadi gelombang Intifada Kedua.

Pada hari kedua kunjungan Sharon, massa Palestina mengerubungi lokasi unrtuk berdemonstrasi. Aksi kepolisian Israel saat itu menewaskan empat warga dan melukai sekitar dua ratus lainnya. Akibatnya, protes menjalar di Tepi Barat Yordan dan Jalur Gaza.

Menurut Kementerian Luar Negeri Israel, antara 2000 dan 2004 Hamas melancarkan 425 serangan yang menewaskan 377 warga sipil dan tentara Israel, serta menyebabkan 2076 korban luka.

2005: Israel tinggalkan Gaza
Perdana Menteri Ariel Sharon memerintahkan penarikan mundur pasukan Israel dan pembubaran semua pemukiman Yahudidi Jalur Gaza. Tenggat berakhir pada 12 September yang sekaligus menyudahi sejarah pendudukan Israel selama 38 tahun di Jalur Gaza.

2007: Pembangkangan Hamas
Pada pemilihan umum legislatif di Palestina pada 25 Januari 2006, Hamas memenangkan pemungutan suara dengan 44 persen dan diberi mandat membentuk pemerintahan persatuan Palestina.

Awalnya, Hamas yang bersepakat untuk membangun aliansi dengan Partai Fatah dalam Perjanjian Mekkah yang dimediasi Arab Saudi. Namun koalisi itu hanya berumur beberapa bulan seiring pembangkangan Hamas yang mengusir milisi Fatah dan secara sepihak menguasai Jalur Gaza.

2008: Perang Gaza I
Setelah gencatan senjata yang berlangsung singkat, Hamas kembali menyerang Israel dengan roket pada pertengahan tahun 2008. Israel bereaksi dengan melancarkan operasi militer pada 27 Desember yang diawali dengan serangan udara dan dilanjutkan invasi darat di Gaza.

Menurut organisasi kemanusiaan Palestina, PCHR, sebanyak 1417 orang tewas akibat bom Israel, 926 di antaranya adalah warga sipil. Israel sebaliknya mencatat 1166 korban jiwa di pihak Palestina, dengan 295 jumlah warga sipil.

2012: Perang Gaza II
Pada 14 November 2012, perang kembali meletus dan berlangsung selama delapan hari, setelah Israel melancarkan operasi militer di Jalur Gaza. Menurut Israel, serangan dilakukan sebagai respons terhadap penembakan lebih dari 100 roket oleh Hamas.

Tidak lama berselang, pada tanggal 29 November 2012 Palestina diangkat sebagai negara pemantau “non-anggota” oleh 138 negara dari 193 negara peserta Sidang Umum PBB. Sejak itu, otoritas di Tepi Barat secara resmi menyebut diri sebagai “negara Palestina.”

2014: Perang Gaza III
Menyusul serangan roket bertubi-tubi dari Jalur Gaza, Israel membalas dengan serangan udara yang dimulai pada 8 Juli 2014. Beberapa hari kemudian, Israel melancarkan serangan darat yang berakhir lewat gencatan senjata pada 26 Agustus.

2021: Perang Gaza IV
Tanggal 10 Mei 2021 menandakan konflik terbuka antara Hamas dan Israel, menyusul ketegangan di Yerusalem Timur. Perang dipicu peristiwa penggusuran rumah warga Palestina di Sheikh Jarrah dan bentrokan antara demonstran dan kepolisian Israel di Bukit Bait Suci dan Masjid al-Aqsa.

Perang baru berakhir pada 21 Mei 2021 dengan gencatan senjata. Di akhir konflik, sebanyak 256 warga Palestina tewas, termasuk 66 anak-anak. Sementara di pihak Israel, sebanyak 13 warga tewas, termasuk dua orang anak-anak.***DTK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *