JEPANG || Pemerintah Jepang pada hari Kamis (15/8) resmi mencabut peringatan soal potensi terjadinya “gempa besar”, yang menyebabkan kerusakan besar dan hilangnya nyawa. Pemerintah mengatakan bahwa kehidupan masyarakat sekarang dapat “kembali normal”.
Peringatan gempa besar yang dikeluarkan pekan lalu itu, telah mendorong ribuan orang Jepang untuk membatalkan liburan dan menimbun kebutuhan pokok, mengosongkan rak-rak di beberapa toko.
“Karena tidak ada kelainan yang terdeteksi dalam aktivitas seismik dan deformasi kerak bumi, seruan khusus untuk perhatian berakhir pada pukul 17.00 (08.00 GMT),” kata Menteri Penanggulangan Bencana Yoshifumi Matsumura.
“Namun, itu tidak berarti risiko (gempa bumi besar) telah hilang,” imbuh Matsumura kepada wartawan, dilansir kantor berita AFP, Kamis (15/8/2024).
“Kami telah meminta tindakan pencegahan khusus, seperti tidur sambil bersiap untuk segera mengungsi. Namun, kami tidak akan meminta langkah-langkah ini lagi, dan masyarakat Jepang kini bebas untuk kembali ke gaya hidup normal.,” ujarnya.
Sebelumnya pada Kamis lalu, badan cuaca Jepang mengatakan kemungkinan terjadinya gempa besar “lebih tinggi dari biasanya” menyusul guncangan gempa dengan Magnitudo (M) 7,1 yang terjadi sebelumnya, yang melukai 15 orang.
Peringatan Asosiasi Meteorologi Jepang (JMA) adalah yang pertama berdasarkan peraturan baru yang dibuat setelah gempa bumi, tsunami, dan bencana nuklir tahun 2011 yang menyebabkan sekitar 18.500 orang meninggal atau hilang.
Tsunami tahun 2011 menyebabkan tiga reaktor di pabrik nuklir Fukushima hancur, yang menyebabkan bencana pascaperang terburuk di Jepang dan kecelakaan nuklir paling serius di dunia sejak Chernobyl.
Peringatan tersebut menyangkut “zona subduksi” Palung Nankai di antara dua lempeng tektonik di Samudra Pasifik, tempat gempa bumi besar pernah terjadi di masa lalu.
Palung bawah laut sepanjang 800 kilometer (500 mil) itu membentang dari Shizuoka, ke pesisir Pasifik dari wilayah Tokyo — wilayah perkotaan terbesar di dunia — hingga ujung selatan pulau Kyushu.
Pada tahun 1707, semua segmen Palung Nankai pecah sekaligus, melepaskan gempa bumi yang tetap menjadi gempa bumi terkuat kedua di negara itu yang pernah tercatat.
Gempa tersebut — yang juga memicu letusan terakhir Gunung Fuji — diikuti oleh dua gempa besar Nankai pada tahun 1854, dan kemudian dua gempa besar pada tahun 1944 dan 1946.
Pemerintah Jepang sebelumnya mengatakan gempa besar berikutnya dengan M 8-9 di sepanjang Palung Nankai memiliki kemungkinan sekitar 70 persen terjadi dalam 30 tahun ke depan.***DTK