Israel: Pembebasan Sandera Tidak Akan Terjadi Sebelum 24 November

Ragam385 Dilihat

ISRAEL || Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi mengatakan pada Rabu (22/11) malam waktu setempat, perundingan mengenai gencatan senjata dengan Hamas masih berlangsung.

Ia juga menyebutkan, tidak ada sandera yang akan dibebaskan sebelum hari Jumat (24/11) waktu setempat.

Hanegbi tidak menjelaskan secara rinci alasan di balik penundaan tersebut, dan kapan gencatan senjata akan dimulai masih belum jelas.

“Negosiasi pembebasan tawanan kami mengalami kemajuan dan terus berlanjut,” kata Hanegbi dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor perdana menteri Israel.

Menurut media penyiaran publik Israel, Kan, mengutip seorang pejabat Israel, penundaan 24 jam terjadi karena kesepakatan tersebut belum ditandatangani oleh Hamas dan Qatar, pihak yang membantu menengahi perjanjian tersebut.

Meski begitu, pejabat tersebut optimis bahwa kesepakatan itu akan diimplementasikan begitu kesepakatan itu selesai ditandatangani.

Sebelumnya pada Rabu (22/11) waktu setempat, Kabinet Perang Israel telah menyetujui gencatan senjata selama empat hari dengan Hamas.

Menurut Israel, Hamas akan membebaskan sekitar 50 sandera yang ditahan di Gaza dan sebagai imbalannya, Hamas mengatakan bahwa Israel akan membebaskan 150 perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Kesepakatan itu juga akan membuka akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Kesepakatan gencatan senjata ini telah dikonfirmasi oleh kedua belah pihak satu hari sebelumnya, begitu pula oleh Amerika Serikat (AS) dan Qatar.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen “dengan sepenuh hati” menyambut baik kesepakatan tersebut. Sementara, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menyebut kesepakatan itu sebagai sebuah “terobosan.”

Biden berbicara dengan pemimpin Israel, Mesir, dan Qatar
Gedung Putih pada Rabu (22/11) waktu setempat melaporkan, Presiden AS Joe Biden telah melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu.

Kedua pemimpin berbicara setelah Kabinet Perang Israel menyetujui kesepakatan pembebasan sandera dan gencatan senjata selama empat hari.

Ketika berbicara denga Netanyahu, Biden menekankan “pentingnya menjaga ketenangan” di sepanjang perbatasan Lebanon dan juga di Tepi Barat, demikian menurut keterangan dari Gedung Putih.

Biden juga mengatakan, ia akan berupaya menjamin pembebasan semua sandera, kata Gedung Putih.

Selain berbicara dengan Netanyahu, Biden juga berbicara dengan pemimpin Mesir dan Qatar.

Kepada Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi, Biden mengatakan, AS tidak akan mengizinkan relokasi paksa warga Palestina dari Gaza atau Tepi Barat. AS juga tidak akan mengizinkan “penggambaran ulang perbatasan Gaza.”

Sementara, selama percakapan telepon dengan Emir Qatar Tamim bin Hamad Al-Thani, kedua pemimpin “berkomitmen untuk tetap berhubungan erat” guna memastikan kesepakatan pembebasan sandera dijalankan sepenuhnya.

Netanyahu bertekad lanjutkan perang
PM Israel Benjamin Netanyahu, dalam sebuah konferensi pers pada Rabu (22/11) waktu setempat, berjanji akan membawa pulang semua sandera dan membasmi Hamas.

“Saya jelaskan. Perang terus berlanjut. Perang terus berlanjut. Kami akan melanjutkannya sampai semua tujuan kami tercapai,” kata Netanyahu.

Netanyahu menambahkan, ia telah menyampaikan pesan yang sama kepada Presiden AS Joe Biden saat melakukan percakapan telepon.

Pemimpin Israel itu juga mengatakan, dia telah menginstruksikan badan intelijen Israel, Mossad, untuk memburu para pemimpin Hamas “di mana pun mereka berada.”

Hamas ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Uni Eropa (UE), AS, Jerman, dan beberapa negara lain.***DTK