Hari Kelabu di Iran Jatuh Korban Jiwa Akibat Badai Debu

Ragam272 Dilihat

TEHERAN || Iran dilanda badai debu. Setidaknya 3 orang tewas dan lebih dari 1.300 lainnya dirawat RS.

Badai seperti ini semakin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir di Iran seiring lahan basah mengering dengan kecepatan yang semakin mengkhawatirkan.

Kantor berita resmi Iran, IRNA mengutip kepala manajemen krisis provinsi tersebut, Majid Mohebi, yang mengatakan tiga orang “meninggal dalam kecelakaan yang disebabkan oleh berkurangnya jarak pandang” minggu ini.

Selama tiga hari terakhir “1.346 orang… telah mencari bantuan medis dari rumah sakit dan pusat kesehatan”, Mohebi menambahkan, dikutip kantor berita AFP, Sabtu (23/9/2023).

Mereka adalah penduduk lima kota yang berdekatan di Sistan-Baluchistan, dekat perbatasan dengan Afghanistan, menurut Mohebi.

Dia mengatakan masalah yang paling umum adalah penyakit pernafasan, jantung dan mata.

Angin dan Badai Berlanjut
Perkiraan yang dikeluarkan oleh pusat meteorologi regional memperkirakan bahwa angin kencang dan badai debu akan terus berlanjut selama beberapa hari.

Debu dan badai pasir selalu melanda Timur Tengah, namun menjadi lebih intens dan lebih sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Para ahli mengaitkan tren ini dengan penggundulan hutan serta penggunaan air sungai secara berlebihan.

Ketegangan Diplomatik
Berkurangnya aliran air di sungai Helmand telah menyebabkan ketegangan diplomatik antara Iran dan negara tetangga Afghanistan, yang berbagi jalur air itu.

Teheran menuduh bendungan hulu yang dibangun oleh Afghanistan membatasi aliran ke danau yang melintasi perbatasan bersama mereka. Sementara Kabul menyalahkan faktor iklim sebagai penyebab berkurangnya volume sungai.

Krisis Air
Sistan-Baluchistan, yang dilanda gelombang panas parah pada akhir Juli dan awal Agustus lalu, telah lama mengalami kekurangan air.

IRNA melaporkan bulan lalu bahwa sekitar 1.000 orang telah menerima perawatan di rumah sakit selama beberapa hari karena kenaikan suhu dan badai debu.

Iran, dengan populasi lebih dari 85 juta jiwa, merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim dan kenaikan suhu global.

Negara ini juga mengalami kekeringan yang berulang-ulang serta banjir yang sering terjadi, sebuah fenomena yang menjadi lebih buruk ketika hujan lebat turun di bumi yang terpanggang sinar matahari.***DTK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *