Hakim MK Tanya Ahli Kubu 01: Pemilih di LN Suara Asli karena Lebih Kaya?

Politik460 Dilihat

JAKARTA || Hakim konstitusi Arief Hidayat turut bertanya ke ahli ekonomi Universitas Indonesia (UI) Vid Adrison yang dihadirkan tim hukum Anies-Muhaimin (AMIN) terkait keaslian suara pemilihan. Arief bertanya apakah suara pemilu yang asli itu berada di luar negeri karena terhindar dari bantuan sosial (bansos).

“Apakah betul yang genuine itu suara pemilihan yang di luar negeri, khususnya di Amerika dan di Eropa, karena apa? Tidak ada bansos, tidak ada kemiskinan, relatif lebih kaya, relatif lebih terjamin daripada mereka juga tingkat pendidikan lebih baik dari pada yang ada di daerah-daerah miskin. Gimana kalau menjawab itu?” tanya hakim Arief dalam sidang di MK, Jakarta Pusat, Senin (1/4/2024).

Vid Adrison pun mengamini pertanyaan itu. Dia mengatakan hal itu dibuktikan dengan sejumlah penelitian.

“Iya, kenapa? Kalau kita melihat studi yang dilakukan di cross countries, memang menunjukkan kalau; satu, political budget cycles ini terjadi baik di negara maju ataupun negara berkembang. Tapi, magnitudenya jauh lebih besar di negara berkembang atau negara yang baru melaksanakan demokrasi. Kenapa? karena, efektif,” jelas Vid.

Dia pun menjelaskan alasan mengapa efektif di negara berkembang. Salah satunya, karena pendapatan yang rendah.

“Kenapa efektif? Karena biasanya di negara berkembang atau yang baru berdemokrasi, income-nya itu lebih rendah, pendidikan lebih rendah. Ketika negara maju, income nya sudah tinggi, pendidikan sudah tinggi, mereka punya kemampuan untuk melihat implikasi dari pilihan yang mereka buat ketika pemilu,” jelasnya.

Arief pun melanjutkan pertanyaannya. Dia bertanya apakah bansos itu bagian dari intervensi.

“Dalam pilpres 2024, kita bicara orang Indonesia, orang Indonesia yang ada di luar negeri Amerika dan Eropa, dengan orang Indonesia di dalam negeri, khususnya data daerah miskin, itu kan beda hasilnya. Apakah ini intervensi bansos, intervensi lain-lain sangat berpengaruh atau tingkat pendidikan tingkat kemiskinan?” tanya hakim Arief lagi.

Menurut Vid, orang Indonesia yang berada di luar negeri itu tidak termasuk meski dia berasal dari negara berkembang. Begini penjelasannya.

“Dalam analisis saya, luar negeri tidak dimasukkan. Kenapa? karena untuk memasukkan data tersebut kita harus punya variabel penjelasannya, yaitu pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, sama pengangguran. Karena, votters itu di banyak negara, maka kita tidak bisa mengambil proxy terkait dengan pertumbuhan ekonomi di daerah di pemilih luar negeri itu berada. Jadi, itu yang mengakibatkan di luar negeri, hasilnya data itu dikeluarkan, tapi tidak akan mengubah hasil, hasil tersebut sudah konsisten Yang Mulia,” jawab Vid Adrison.***DTK