Ganjar Sentil Hilirisasi Seolah-olah Hanya Nikel, Begini Datanya

Politik436 Dilihat

JAKARTA || Calon presiden (capres) Ganjar Pranowo mengkritisi hilirisasi di Indonesia yang terkesan hanya fokus di nikel. Padahal menurut dia hilirisasi ada di banyak sektor. Data menunjukkan, hilirisasi sendiri tidak hanya terjadi pada nikel. Sektor tambang khususnya, hilirisasi diwujudkan dengan pembangunan fasilitas pemurnian atau smelter.

Dengan adanya smelter diharapkan komoditas tambang dapat memberikan nilai tambah. Smelter yang ada di Indonesia tidak hanya untuk komoditas nikel, namun ada sejumlah komoditas lain.

Mengutip laman resminya, Jumat (10/11/2023), Kementerian ESDM menargetkan pembangunan 53 smelter hingga tahun 2024. Dari smelter yang dibangun, 7 di antaranya sudah rampung tahun 2022.

“Proyek 7 smelter sudah diselesaikan di tahun 2022 yakni, PT Aneka Tambang di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, PT Vale Indonesia di Sulawesi Selatan, PT Wanatiara Persada di Maluku Utara, PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara, PT Weda Bay Nickel di Maluku, PT ANTAM (proyek P3FH) di Maluku Utara dan PT Sebuku Iron Lateritic Ores di Kalimantan Selatan yang merupakan smelter besi menghasilkan sponge ferro alloy,” ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif pada Konferensi Pers Capaian Kinerja Tahun 2022 dan Program Kerja Kementerian ESDM Tahun 2023 pada 30 Januari 2023 lalu.

Saat itu, Arifin menargetkan pada 2023 akan ada tambahan 17 smelter untuk memenuhi kebutuhan pengolahan dalam negeri.

“Kita targetkan di tahun 2023 akan ada 17 smelter lagi yang harus selesai,” imbuh Arifin.

Mengutip data Minerba One Map Indonesia (MOMI) terdapat 53 smelter yang dibangun. Smelter itu untuk beberapa komoditas yakni nikel 30 smelter, bauksit 11 smelter, tembaga 4 smelter, besi 4 smelter, mangan 2 smelter, timbal 1 smelter, seng 1 smelter.

Target penyelesaian smelter itu beragam. Namun, smelter-smelter tersebut paling lama ditargetkan rampung pada tahun 2023.

Sebelumnya, Ganjar menyebut, hilirisasi seolah-olah hanya nikel. Menurutnya, hal itu menunjukkan adanya pemahaman yang kurang tuntas.

“Kalau kita bicara hilirisasi, sekarang ini hilirisasi seolah-olah nikel. Saya kira pemahamannya kayaknya masih belum tuntas,” kata Ganjar dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Rabu (8/11) lalu.

Ganjar menyebut potensi hilirisasi juga bisa datang dari sektor kelautan, pertanian, hingga perkebunan.

“Kenapa kita tidak melakukan hilirisasi sektor kelautan? Kenapa kita tidak melakukan hilirisasi sektor unggul kita terkait pertanian dan perkebunan? Sawit umpama, kenapa tidak dihilirisasi? Kita sudah punya kebun, pabrik kelapa sawit, diolah jadi minyak, dijual selesai. Kok tidak ada yang bicara kosmetik dari bahan itu? Kok tidak ada yang bicara farmasi dari situ? Yang dua ini nilainya tingginya minta ampun. Kenapa tidak ada?” herannya.***DTK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *