Erdogan Kecam Sikap Diam AS-Eropa Soal Gencatan Senjata Gaza

Ragam373 Dilihat

ISTANBUL || Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam sikap diam Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa terhadap gencatan senjata di Jalur Gaza yang sedang dirundingkan. Erdogan menilai AS dan Eropa tidak melakukan hal yang cukup untuk menekan Israel agar menyetujui gencatan senjata di Jalur Gaza.

Kritikan Erdogan itu disampaikan setelah Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, pekan lalu mengumumkan pihaknya menyetujui proposal gencatan senjata yang diajukan para mediator, yakni Mesir dan Qatar.

Seperti dilansir Reuters, Senin (13/5/2024), Turki selama ini mengecam serangan Israel terhadap Jalur Gaza, menyerukan gencatan senjata segera, dan mengkritik apa yang mereka sebut sebagai dukungan tanpa syarat dari negara-negara Barat terhadap Israel.

Ankara bahkan menghentikan semua perdagangan dengan Israel, dan mengatakan pihaknya memutuskan untuk bergabung dengan inisiatif Afrika Selatan agar Mahkamah Internasional (ICJ) mengadili Tel Aviv atas genosida.

Erdogan, saat berbicara kepada para cendekiawan Muslim di Istanbul pada Minggu (12/5), menyebut Hamas telah menerima proposal gencatan senjata dari Qatar dan Mesir sebagai “langkah menuju gencatan senjata yang langgeng”, namun pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu tidak ingin perang berakhir.

“Respons pemerintahan Netanyahu adalah dengan menyerang orang-orang yang tidak bersalah di Rafah,” ucap Erdogan merujuk pada kota perbatasan di Jalur Gaza bagian selatan yang kini sedang menjadi target serangan Israel.

“Sudah jelas siapa yang berpihak pada perdamaian dan dialog, dan siapa yang menginginkan pertempuran terus berlanjut dan lebih banyak pertumpahan darah,” imbuhnya.

“Dan apakah Netanyahu melihat adanya reaksi serius atas perilakunya yang manja? Tidak. Baik Eropa maupun Amerika tidak menunjukkan reaksi yang akan memaksa Israel melakukan gencatan senjata,” kritik Erdogan.

Menurut sumber keamanan Turki, kepala intelijen negaranya, Ibrahim Kalin, bertemu dengan para pemimpin Hamas di Doha, Qatar, pada Minggu (12/5) waktu setempat untuk membahas perundingan gencatan senjata dan akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Tindakan militer Israel di Jalur Gaza semakin mendapat sorotan dalam beberapa pekan terakhir, seiring dengan semakin bertambahnya jumlah korban sipil dan kehancuran di daerah kantong Palestina tersebut.

Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza, pada Minggu (12/5) waktu setempat, menyebut sedikitnya 35.034 orang tewas akibat rentetan serangan Israel di daerah kantong Palestina tersebut sejak Oktober tahun lalu. Sekitar 78.755 orang lainnya mengalami luka-luka.

Situasinya semakin memicu kekhawatiran saat Israel mulai melaksanakan rencana serangan besar-besaran terhadap Rafah, yang menjadi tempat perlindungan bagi sekitar 1,4 juta warga Palestina yang sebagian besar mengungsi akibat perang.

Turki, pada Jumat (10/5) lalu, menyambut baik hasil voting Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyatakan dukungan mayoritas untuk upaya Palestina menjadi anggota penuh PBB. Erdogan dalam pernyataannya menyerukan negara-negara yang belum mengakui negara Palestina untuk melakukan hal tersebut setelah voting PBB digelar, namun mengecam negara-negara yang menentang pengakuan semacam itu, termasuk AS.

“Kita telah melihat negara-negara yang menceramahi kita soal hak asasi manusia dan kebebasan di setiap kesempatan secara terbuka, justru mendukung pihak-pihak yang membantai 35.000 warga Gaza,” kritik Erdogan yang ditujukan untuk AS.

“Kita melihat pihak-pihak yang hingga kemarin mengatakan hak untuk melakukan unjuk rasa adalah sakral, justru tidak bisa mentoleransi demonstran yang mendukung Palestina,” sindirnya lagi, merujuk pada maraknya aksi demo pro-Palestina di wilayah AS yang dibubarkan polisi.***DTK