Donald Trump: Kalau Kita Kalah Kali Ini, Mungkin Tak Ada Pemilu Lagi di AS

Ragam765 Dilihat

OHIO || Bakal calon Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan jika dia tidak memenangkan pemilihan presiden bulan November ini berarti demokrasi AS bisa berakhir. Dia menyebut jika dirinya kalah, maka mungkin tak ada lagi Pemilu di AS.

Dilansir Reuters, Minggu (17/3/2024), kandidat presiden dari Partai Republik ini menyampaikan hal itu saat berbicara kepada para pendukungnya di Ohio. Dia melontarkan klaim tersebut setelah mengulangi pernyataannya yang tidak berdasar bahwa kekalahannya dalam pemilu tahun 2020 dari Presiden Partai Demokrat Joe Biden adalah akibat dari kecurangan pemilu.

Dalam pidatonya di luar ruangan yang diiringi angin kencang dan diselingi kata-kata kotor, Trump meramalkan jika dia tidak memenangkan pemilu pada 5 November 2024, demokrasi Amerika akan berakhir.

“Jika kita tidak memenangkan pemilu kali ini, saya rasa tidak akan ada pemilu lagi di negara ini,” kata Trump.

Trump, yang berada di bawah dakwaan pidana di Georgia karena mencoba membatalkan hasil Pemilu 2020, memenangkan cukup banyak delegasi untuk secara matematis meraih nominasi Partai Republik. Pertarungan ulang Pemilu AS dengan Biden kemungkinan akan berlangsung sangat dekat.

Jajak pendapat Reuters/Ipsos pekan lalu menunjukkan kedua kandidat memiliki statistik yang sama dengan pemilih terdaftar. Trump membuka pidatonya di Dayton dengan penghormatan kepada para pendukungnya yang saat ini dipenjara karena melakukan kerusuhan di Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021.

Trump memberi hormat dan menyebut mereka ‘patriot’ dan ‘sandera’. Presiden AS ke-45 ini semakin sering menggunakan retorika distopia atau khayalan tentang hal sangat buruk dalam pidato kampanyenya mengenai keadaan negaranya.

“Jika saya tidak terpilih, ini akan menjadi pertumpahan darah bagi seluruh negeri,” kata Trump di tengah tengah-tengah pidatonya tentang penerapan tarif pada mobil impor dan persaingan asing dalam industri otomotif AS.

Ketika ditanya apa yang dimaksud Trump, tim kampanyenya merujuk pada sebuah postingan di platform media sosial X yang ditulis oleh seorang jurnalis New York Times, yang mengatakan bahwa komentar ‘pertumpahan darah’ Trump muncul di tengah diskusi mengenai industri otomotif dan perekonomian AS.

Saat dimintai tanggapan atas komentar ‘pertumpahan darah’ Trump, juru bicara kampanye Biden, James Singer, mengutuk ‘ekstremisme’ Trump, ‘kehausannya akan balas dendam’, dan ‘ancaman kekerasan politik’.

Trump juga mengajak warga kulit hitam dan Hispanik untuk mendukungnya. Trump telah mempersempit kesenjangan dengan Biden dalam jajak pendapat dengan pemilih non-kulit putih, yang merupakan bagian inti dari koalisi kemenangan Biden ketika dia mengalahkan Trump pada tahun 2020.

Trump mengutip tema utama kampanyenya, yaitu terlalu banyak imigran ilegal yang melintasi perbatasan AS-Meksiko sejak Biden menjabat.

“Tidak ada yang lebih dirugikan oleh invasi migran Joe Biden selain komunitas besar Afrika-Amerika dan Hispanik,” kata Trump yang tak mengutip bukti apa pun bahwa imigran gelap telah mengambil pekerjaan warga kulit hitam dan Hispanik di Amerika.***DTK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *