Dijerat 34 Dakwaan Pidana, Trump Akan Kembali Disidang Desember

Ragam673 Dilihat

NEW YORK || Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru saja menjalani sidang dakwaan terkait 34 dugaan pelanggaran pidana berat dalam kaitan dengan pembayaran uang tutup mulut kepada seorang bintang porno semasa kampanye pilpres 2016. Apa selanjutnya yang akan terjadi?

Seperti dilansir CNN, Rabu (5/4/2023), setelah 34 dakwaan pidana berat dibacakan untuk Trump pada Kamis (4/4) di pengadilan Manhattan, jaksa penuntut menyatakan akan menyusun temuan-temuan mereka terkait kasus ini dalam waktu 65 hari ke depan.

Tim pengacara Trump memiliki waktu hingga 8 Agustus untuk mengajukan mosi apapun terkait dakwaan dan jaksa akan memberikan tanggapannya pada 19 September.

Hakim Juan Merchan, yang memimpin jalannya sidang kasus Trump, kemudian akan mengambil keputusan atas mosi itu dalam sidang tatap muka berikutnya, yang dijadwalkan pada 4 Desember mendatang. Keputusan ini akan menentukan apakah persidangan kasus Trump berlanjut atau tidak.

Salah satu pengacara Trump, Jim Trusty, memperkirakan tim kuasa hukum akan mengajukan mosi yang ‘kuat’ untuk menantang dakwaan jaksa dan mengharapkan mereka bisa sukses dalam menghentikan kasus ini berlanjut ke persidangan pokok kasus.

Namun jika gagal dan persidangan dilanjutkan, Trusty memperkirakan tim kuasa hukum Trump akan ‘mencari tahu apakah ada cara untuk mendorong ini lebih awal’ daripada sidang tatap muka pada 4 Desember mendatang.

Trump Didakwa Memalsukan Catatan Bisnis untuk Tutupi Kejahatan Lain

Dalam sidang di pengadilan Manhattan, New York, pada Kamis (4/4) siang, Trump menegaskan dirinya tidak bersalah atas 34 dakwaan pidana berat yang dijeratkan jaksa terkait pembayaran uang tutup mulut sebesar US$ 130.000 kepada seorang bintang porno bernama Stormy Daniels semasa kampanye pilpres 2016.

Jaksa distrik Manhattan Alvin Bragg mendakwa Trump telah merekayasa buku perusahaan miliknya untuk menyembunyikan pembayaran yang diatur oleh dirinya terhadap Daniels hanya beberapa hari sebelum pilpres tahun 2016 digelar, untuk menutupi hubungan seksual keduanya yang terjadi satu dekade sebelumnya.

Trump membantah pernah menjalin hubungan dengan Daniels di masa lalu.

Disebutkan dalam dakwaan jaksa bahwa Trump diduga menjadi bagian dari konspirasi ilegal untuk merusak integritas pemilu tahun 2016. Dituduhkan juga oleh jaksa bahwa Trump juga menjadi bagian dari rencana melanggar hukum untuk menekan informasi negatif, termasuk pembayaran US$ 130.000 pada Daniels.

Dalam dakwaannya, jaksa Bragg menuduh Trump sengaja memalsukan catatan bisnis untuk menutupi tindak kriminal lainnya. Menurut jaksa Bragg, alasan Trump melakukan tindak pidana memalsukan catatan bisnis adalah sebagian ‘untuk mempromosikan pencalonannya’ sebagai capres Partai Republik dalam pilpres 2016.

Setiap dakwaan yang dihadapi Trump terkait dengan catatan khusus di antara banyak catatan bisnis dalam perusahaan bernama Trump Organization. Jaksa Bragg menuduh Trump telah berulang kali memicu entry palsu dalam catatan bisnis perusahaannya.

“(Trump) Berulang kali dan secara curang memalsukan catatan bisnis New York untuk menutupi tindakan kriminal yang menyembunyikan informasi merusak dari publik yang menjadi pemilih dalam pemilu presiden tahun 2016,” sebut jaksa Bragg dalam dakwaannya.***DTK