Bos Medco Sebut RI Butuh Rp 2.2 Kuadriliun buat Pacu Proyek Hilirisasi Migas

Ekonomi12 Dilihat

TANGERANG || PT Medco Energy Internasional Tbk (MEDC) menyebut, Indonesia membutuhkan investasi besar-besaran dalam mencapai target ambisius hilirisasi. Pasalnya, untuk mencapai target hilirisasi, pemerintah menetapkan peningkatan produksi minyak dan gas (migas) dengan ambisi yang sama.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pemerintah menargetkan produksi minyak bumi nasional sebesar 1 juta barel dan produksi gas bumi sebesar 12 Billion Cubic Feet (BCF) pada tahun 2030. Produksi ini ditargetkan untuk menjaga ketahanan energi nasional.

CEO Medco Energy Internasional Roberto Lorato mengatakan, pemerintah memerlukan suntikan dana sebesar US$ 140 miliar atau sekitar Rp 2,2 kuadriliun (asumsi kurs Rp 16.410) untuk produksi di hulu migas yang mendukung proyek hilirisasi.

“Namun, investasi besar sekitar US$ 140 miliar dan penggunaan teknologi canggih akan dibutuhkan. US$ 140 miliar untuk hulu, untuk memberi makan hilir, tetapi (butuh dana) dua kali lipat. Artinya, hilir seharusnya mengeluarkan dana dua kali lipat lebih besar dari hulu, untuk mendukung tujuan Anda yang ambisius,” ujar Lorato dalam acara Indonesian Petroleum Association (IPA) Convex, di ICE BSD, Tangerang, Rabu (21/5/2025).

Namun begitu, Lorato mengatakan bahwa pemerintah Indonesia telah menyiapkan serangkaian kebijakan yang berpihak pada investasi di sektor migas. Kebijakan-kebijakan yang dihadirkan pemerintah dinilai mampu memacu produksi di sektor hulu dengan penyederhanaan perizinan, meningkatkan eksplorasi, hingga penelitian berskala internasional.

Di sisi lain, Lorato juga mengatakan pemerintah telah menyiapkan beberapa kebijakan fiskal yang lebih fleksibel. Menurutnya, kebijakan ini mampu menarik investasi di sektor hulu migas.

Selain itu, kolaborasi antar stakeholder juga dipererat pemerintah untuk memperkuat investasi seiring dengan peningkatan kualitas tenaga kerja di sektor hulu migas. “Oleh karena itu, hilir lebih dari sekadar strategi ekonomi. Ini adalah agenda transformasional nasional,” jelasnya.

Lorato menambahkan, sektor hilir Indonesia ditargetkan berdampak pada sosio-ekonomi Indonesia. Bahkan, sektor hilir migas diprediksi akan menyumbang PDB negara sebesar US$ 14,7 miliar di tahun 2040, 70.000 lapangan kerja, dan US$ 68,6 miliar nilai ekspor.

“Semua ini akan menjadi kunci untuk mempertahankan daya saing industri di Indonesia. Dengan kata lain, implikasinya adalah perlunya strategi kebijakan yang holistik dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, hilirisasi lebih dari sekadar strategi ekonomi,” tutupnya.***DTK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *