JAKARTA || Presiden Prabowo Subianto sempat bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Lantas apa sebetulnya kebutuhan yang melandasi keduanya saling bertemu?
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menduga Prabowo dan Megawati saling membutuhkan di balik pertemuan tersebut. Dia menyebut Megawati butuh kepastian terkait kongres PDIP yang akan terjadi dalam waktu dekat hingga mencegah kriminalisasi terhadap kader PDIP.
“Ada kebutuhan keduanya, ini mau nggak mau ketemu, dari sisi Ibu Mega sebentar lagi ada kongres, jadi memang arahannya jangan sampai ada yang mengawut-awut dari eksternal, siapapun itu, terkait kongres, dan jangan ada lagi yang mengganggu kader-kader PDIP secara hukum. Pesan itu yang ingin disampaikan terlepas langsung atau tidak, eksplisit atau implisit, ketika pertemuan ini digelar di sisi Ibu Mega,” kata Agung saat dihubungi, Rabu (9/4/2025).
Sementara itu, Agung menilai Prabowo membutuhkan Megawati karena tengah menghadapi perang dagang dengan Amerika Serikat. Ia menyebut Prabowo juga membutuhkan masukan terkait pemerintahannya yang sudah berjalan 6 bulan ini.
“Di sisi Prabowo kebutuhannya apa? Ada tantangan eksternal yang sangat kuat ya soal perang tarif dengan Amerika semacam itu, dan pada ekses-ekses kebijakan yang sedang terjadi dan Pak Prabowo mengakui nilai pemerintahan beliau 6 kan, artinya ada yang kurang, ada yang perlu diakselarasi, ada yang harus diperbaiki,” ucap dia.
Selain itu, Agung juga menganalisis terkait lokasi pertemuan yang berlangsung di kediaman Megawati. Dia menilai Prabowo memang tidak akan mempersoalkan di mana harus bertemu.
“Iya ini karakter Pak Prabowo, mengayomi, merangkul semua, sebagaimana pidato beliau ketika terpilih, mengayomi semua unsur, bekerja sama dengan semua pihak baik di dalam atau di luar kekuasaan. Jadi saya pribadi nggak aneh dengan inisiatif Pak Prabowo menyambangi Ibu Mega. Kemarin asprinya aja disambangi di Bengkulu, apalagi Ibu Mega, jadi maksudnya saya nggak kaget karena karakter beliau begitu,” jelasnya.
“Jemput bola, inisiatif merangkul kawan dan lawan, lalu ketika dirangkul beliau siap, 2019 menegaskan itu, beliau jadi metneri Pak Jokowi, bayangkan setelah bertarung habis habisan 2019, bergabung menjadi menterinya. Itu kan kalau nggak punya kebesaran jiwa nggak mungkin, susah itu,” sambung dia.
Kemudian, Agung juga menyebut Prabowo hendak melakukan balance of power ketika bertemu Megawati meskipun Megawati ada konflik dengan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, Jokowi juga pasti memahami posisi Prabowo.
“Ini balance of power ya, menyeimbangkan bandul kekuasaan politik, ini sehat untuk Pak Prabowo sesuai arahan beliau harus rangkul semua. Jadi kapasitas beliau sebagai presiden ini harus berkomunikasi ke semua pihak, lawan maupun kawan. Dari dalam kekuasaan ada Pak SBY, ada Pak Jokowi, tapi Pak Prabowo juga butuh yang di luar kekuasaan, Ibu Mega. Dan Pak Jokowi pasti paham posisi itu karena Pak Jokowi pernah menjalani itu. Dan kenapa tertutup, tidak diselebrasi berlebihan? Karena memang menjaga hati-hati para presiden tadi supaya tidak ada yang tersinggung, terluka, tercederai, jadi tengah malam, 1,5 jam, tertutup, selesai,” tutur dia.***DTK