Generasi Muda Mengajak Belajar Dari Kartini, Untuk Mengikis Jejak Kolonialisme

Ragam35 Dilihat

YOGJAKARTA || Sanggar Anak Alam menyelenggarakan presentasi hasil pembelajaran Berdasarkan base learning riset yang dilakukan oleh siswa Sekolah Menengah Pertama, Rabu (20/11).

Salah satu pelajar mempunyai inisiatif yang menginspirasi, pelajar muda bernama Clara Ruel (14 tahun) di Yogyakarta melakukan penelitian tentang isi surat R.A. Kartini dengan Stella Zeehandelaar. Tepatnya, surat yang diteliti oleh Clara Ruel Eugene adalah surat Kartini kepada Stella Zeehandelar 25 Mei 1899.

Clara Ruel mempresentasikan hasil risetnya kepada teman-teman di sekolahnya. Clara Ruel berhasil menyampaikan hasil riset yang ia temukan di surat Kartini kepada Stella Zeehandelar kepada teman-teman sekolahnya.

“Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelar membuktikan tentang bagaimana budaya Hindia Belanda zaman dahulu sudah terpengaruh sistem patriarki yang diperkuat oleh penjajahan kolonial,” ungkap Clara Ruel melalui keterangannya, Rabu (20/11).

Dijelaskannya, dalam surat tersebut, Kartini mengungkapkan keresahannya terhadap tekanan yang membatasi kebebasan dan pendidikan perempuan. Namun, kesadaran tentang budaya kita yang terpengaruh patriarki sudah berkembang di masa kini.

Melalui pendidikan, kegiatan budaya dan aktivitas lainnya, merupakan upaya masyarakat menghilangkan sedikit demi sedikit patriarki dalam budaya kita. Pendidikan menjadi salah satu senjata penting dalam melawan budaya kita yang terpengaruh patriarki.

Melalui pendidikan yang merata untuk laki-laki maupun perempuan, mereka sama-sama dapat mengembangkan potensi mereka dan pengetahuan tentang sejarah bagaimana unsur patriarki ditanamkan dalam budaya Hindia Belanda.

Zaman sekarang, menyadarkan masyarakat tentang budaya kita yang terpengaruh patriarki juga sudah didukung oleh teknologi. Karena masyarakat harus tahu bahwa budaya patriarki berasal dari budaya barat.

“Kita dapat menggunakan media sosial untuk menyebarkan informasi pengetahuan, kegiatan dan narasi bahwa zaman dahulu budaya kita yang murni, yang tidak terpengaruh budaya barat sebenarnya lebih maju dibanding budaya barat,” tandasnya.

Budaya kita bisa lebih maju dibandingkan budaya Barat, lanjutnya, bila kita kembali memperjuangkan budaya kita yang asli dengan kontekstual masa kini.

“Konsisten memperjuangkan kesadaran bahwa, budaya kita terpengaruh kolonial dan mengajak masyarakat untuk tidak melestarikan baik cipta, rasa, karsa yang merupakan peninggalan kolonial menjadi awal menciptakan masa depan yang adil bagi semua orang,” pungkasnya.***REL/WASGO

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *