Seorang juru bicara pangkalan di Geilenkirchen mengatakan level ancaman telah dinaikkan ke Charlie, level kedua tertinggi dari empat status siaga. Level Charlie ini didefinisikan sebagai “suatu insiden (yang) telah terjadi atau informasi intelijen telah diterima yang mengindikasikan bahwa beberapa bentuk aksi teroris terhadap organisasi atau personel NATO sangat mungkin terjadi”.
Ini adalah kedua kalinya pangkalan yang menampung armada pesawat pengintai AWACS milik NATO tersebut menaikkan level keamanan, setelah sebuah insiden minggu lalu. Saat itu, sebuah pangkalan militer di Cologne, di dekatnya ditutup sementara saat pihak berwenang menyelidiki kemungkinan sabotase pasokan air.
Pada hari yang sama, pangkalan di Geilenkirchen juga melaporkan adanya upaya penerobosan yang memicu penyisiran menyeluruh di tempat tersebut.
Mengenai dugaan sabotase di pangkalan militer di Cologne, militer Jerman kemudian memberikan pernyataan yang jelas, dengan mengatakan hasil uji menunjukkan bahwa air keran tidak terkontaminasi.
NATO sebelumnya telah memperingatkan adanya kampanye kegiatan permusuhan yang dilakukan oleh Rusia, termasuk tindakan sabotase dan serangan siber. Rusia sendiri kerap menuduh NATO mengancam keamanannya.
Sebelumnya pada bulan Juni, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa aliansi militer Barat tersebut melihat adanya sebuah pola yang berkembang, dan bahwa serangan baru-baru ini merupakan hasil dari intelijen Rusia yang menjadi lebih aktif.
Beberapa insiden di wilayah NATO telah dianggap mencurigakan oleh para analis dalam beberapa tahun terakhir. Di antaranya adalah putusnya kabel bawah laut penting yang menghubungkan Svalbard dengan daratan Norwegia pada tahun 2022.***DTK